Bekas basis revolusioner China di Provinsi Shaanxi telah menumbuhkan banyak bakat lokal melalui pendidikan modern guna membantu memperluas wawasan generasi muda, seperti menyelenggarakan banyak kegiatan ekstrakurikuler.
Xi’an, China (Xinhua) – Menjelang malam hari, diskusi panas dan suara tawa terdengar dari sebuah sekolah menengah atas (SMA) yang terang benderang di Yan’an, bekas basis revolusioner di Provinsi Shaanxi, China barat laut.
Bahkan di kelas satu SMA Yan’an, beberapa siswa dengan penuh semangat berbagi pemahaman mereka tentang berbagai topik, seperti kepercayaan budaya (cultural confidence).
“Kepercayaan budaya adalah tentang inklusivitas, keterbukaan, kebanggaan, dan kepercayaan diri,” ungkap Chang Ruixue (16), yang menambahkan bahwa sejarah sekolahnya yang kaya selalu mendorong mereka untuk melihat gambaran yang jauh lebih besar dan berjuang mengatasi berbagai tantangan maupun kesulitan.
Sekolah Menengah Atas Yan’an merupakan SMA pertama yang didirikan oleh Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) pada 1938. Sekolah ini memiliki sejarah yang gemilang serta tradisi revolusioner yang bagus dan telah menumbuhkan banyak bakat untuk wilayah-wilayah di bekas basis revolusioner itu.
Berawal dari sebuah kampus dengan beberapa gua tempat tinggal, sekolah tersebut kini memiliki dua kampus dengan fasilitas modern dan 5.500 siswa.
Selama satu dekade terakhir, Kota Yan’an telah menginvestasikan 11,5 miliar yuan untuk membangun dan menambah 501 taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah, menurut biro pendidikan setempat.
Filosofi pendidikan modern juga telah diperkenalkan di sekolah-sekolah di Yan’an untuk membantu memperluas wawasan generasi muda, seperti menyelenggarakan banyak kegiatan ekstrakurikuler.
Zhang Yazun (13), seorang siswa sekolah menengah setempat, mengatakan bahwa dirinya merasa puas menjadi sukarelawan pemandu wisata paruh waktu di beberapa situs revolusioner pada akhir pekan.
“Kesempatan ini sangat meningkatkan kepercayaan diri putri saya, dan dia menunjukkan minat yang lebih besar dalam dunia penyiaran juga pembawa acara,” kata Hou Junyu, ibu Zhang.
Sekarang, hampir 50.000 pelajar yang menjadi sukarelawan seperti Zhang telah membantu di beberapa museum, aula peringatan, dan situs revolusioner di Yan’an sebagai pemandu wisata saat waktu luang mereka.
Yan’an membangun kemitraan kerja sama dengan 88 sekolah di lebih dari 10 provinsi dan wilayah di seluruh China, termasuk Beijing dan Shanghai, yang membantu meningkatkan kualitas pendidikan di bekas basis revolusioner itu.
“Menjadi seorang diplomat merupakan impian besar bagi saya karena saya ingin bersinar di kancah global ketika saya dewasa nanti,” ujar Chang Ruixue.
*1 yuan = 2.151 rupiah
Laporan: Redaksi