Banner

China tegaskan komitmennya untuk perkuat kerja sama dengan negara Asia dalam atasi perubahan iklim

Seorang pekerja menanam bibit bakau di kawasan pantai Romokalisari di Surabaya, Provinsi Jawa Timur, pada 27 Juni 2024. (Xinhua/Sahlan Kurniawan)

Pendekatan penting terkait perubahan iklim, yakni memperkuat multilateralisme, mendorong transisi energi yang adil, dan menjalin kerja sama teknologi.

 

Jakarta (Xinhua/Indonesia Window) – Pemerintah China kembali menegaskan komitmennya untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara Asia dalam isu perubahan iklim melalui kerja sama Selatan-Selatan maupun green Belt and Road Initiative (BRI) atau Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra hijau.

“China akan terus memperkuat konsep komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia dan mempercepat pencapaian target karbon ganda kami,” kata Utusan Khusus China untuk Perubahan Iklim Liu Zhenmin dalam acara Indonesia Net-Zero Summit 2024 di Jakarta pada Sabtu (24/8).

Konferensi Indonesia Net-Zero Summit 2024 digelar oleh organisasi wadah pemikir (think tank) Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dengan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pembuat kebijakan, para ahli, aktivis, perwalian beberapa negara mitra, hingga selebritas.

China sebelumnya telah menetapkan target emisi karbon ganda, yakni mencapai puncak emisi pada 2030 dan mencapai netralitas karbon pada 2060.

Banner

Guna mencapai tujuan tersebut, China telah meningkatkan ketersediaan energi terbarukan dengan kapasitas terpasang mendekati 52 persen pada akhir tahun lalu, untuk pertama kalinya melampaui kapasitas pembangkit energi fosil.

China bersedia memperkuat kerja sama dengan negara-negara di kawasan untuk mengatasi perubahan iklim. Lebih lanjut, Liu menyebut negara-negara Asia saat ini berada di posisi yang sangat krusial dalam tahapan transisi energi.

Liu menyarankan tiga pendekatan penting terkait perubahan iklim, yakni memperkuat multilateralisme, mendorong transisi energi yang adil, dan menjalin kerja sama teknologi.

Proteksionisme dan langkah-langkah unilateral menurut Liu berisiko menimbulkan hambatan signifikan, salah satunya berupa meningkatnya biaya teknologi untuk transisi energi.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan