Pemindahan paksa warga Palestina dari tanah mereka ke Sinai mendapat penolakan keras dari Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi, menegaskan kembali upaya-upaya Mesir yang gigih untuk mendorong berdirinya sebuah negara Palestina yang merdeka dan berdaulat serta agar warga Palestina mendapatkan kembali hak-hak mereka yang sah.
Kairo, Mesir (Xinhua) – Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi pada Kamis (25/4) menekankan kembali penolakan tegas negaranya terhadap pemindahan paksa warga Palestina dari tanah mereka ke Sinai.
Dalam sebuah pidato yang ditayangkan di televisi untuk memperingati 42 tahun pembebasan Sinai, Sisi mengatakan bahwa sikap Mesir sangat penting dalam “melindungi keberlanjutan perjuangan Palestina dan mempertahankan keamanan nasional Mesir.”
“Mesir telah mengerahkan upaya-upaya yang tak kenal menyerah untuk mencapai gencatan senjata yang mendesak dan secepatnya, serta memastikan akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza,” tambahnya, seraya menegaskan kembali upaya-upaya Mesir yang gigih untuk mendorong berdirinya sebuah negara Palestina yang merdeka dan berdaulat serta agar warga Palestina mendapatkan kembali hak-hak mereka yang sah.
Hari Pembebasan Sinai menandai penarikan pasukan pendudukan Israel dari Semenanjung Sinai pada 1982 setelah Perjanjian Camp David ditandatangani pada 1978.
Lebih dari 1 juta penduduk di Jalur Gaza kehilangan tempat tinggal dan 75 persen penduduk di daerah kantong pesisir Palestina itu mengungsi sejak pecahnya konflik Israel-Hamas pada Oktober tahun lalu, kata Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Selasa (23/4).
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali mengancam akan melancarkan serangan ke Kota Rafah di Gaza selatan, karena kota itu merupakan “benteng” terakhir Hamas.
Di tengah beredarnya laporan media yang mengeklaim bahwa Mesir telah berdiskusi dengan Israel mengenai rencana invasi Israel ke Rafah, Kepala Layanan Informasi Negara Mesir Diaa Rashwan menekankan kembali penolakan tegas Mesir terhadap invasi tersebut, mengatakan bahwa operasi semacam itu akan mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa dan kerusakan yang luas.
Laporan: Redaksi