Banner

Pemerintah optimalkan sektor pertambangan dengan hilirisasi

Ilustrasi. Hilirisasi mineral dan batubara (minerba) adalah kunci untuk mengoptimalkan sektor pertambangan minerba. (Dominik Vanyi on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Hilirisasi mineral dan batubara (minerba) adalah kunci untuk mengoptimalkan sektor pertambangan minerba, menurut Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

“Kalau kita ingin mengoptimalkan sektor ini (pertambangan), jalannya adalah hilirisasi. Bagaimana kita bisa memanfaatkan bahan-bahan mentah menjadi produk-produk lanjutan yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi. Ini yang harus kita lakukan, meningkatkan nilai tambah dengan hilirisasi,” kata menteri di Jakarta pada Rabu (23/9).

Kebijakan hilirisasi harus direspon dengan munculnya industri-industri hilirnya  karena, menurut Arifin, industri pendukunglah yang akan menampung hasil dari produk yang sudah dihilirisasi.

Undang Undang Minerba yang baru, lanjut Arifin, sudah mensyaratkan program hilirisasi, sehingga setiap produk pertambangan harus diproses lebih lanjut.

Produk batu bara, misalnya, bisa diproses menjadi gas sintesis untuk produk-produk petrokimia, atau ditingkatkan nilai kalorinya sehingga dapat digunakan di industri baja.

Banner

Gasifikasi batubara juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas di sektor rumah tangga.

Sementara untuk mineral, seperti tembaga, nikel, emas, timah, bauksit dan alumunium, merupakan bahan baku industri berat yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya di dalam negeri.

Hilirisasi akan berkontribusi besar pada penerimaan negara.

“Produk-produk tersebut baru separuh jalan saja sudah menghasilkan devisa yang besar. Misalnya untuk nikel, dari produk ini sudah didapat devisa sebesar 10 miliar dolar AS. Penerimaan dari mineral ini akan terus bertambah besar seiiring tumbuhnya industri hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah itu,” jelas Menteri.

Kebijakan hilirisasi produk-produk pertambangan adalah kebijakan strategis nasional untuk meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan penerimaan negara.

Kementerian ESDM memproyeksikan pada 2022 ada 52 fasilitas smelter (pemurnian logam) yang beroperasi, terdiri dari 29 smelter nikel, 9 smelter bauksit, 4 smelter besi, 4 smelter tembaga, 2 smelter mangan, serta 4 smelter seng dan timbal.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan