Banner

Pemberontak di Mali tewaskan 132 warga sipil

Misi penjaga perdamaian PBB di Mali. (UN Peacekeeping)

Jakarta (Indonesia Window) – Serangan baru-baru ini oleh pemberontak ekstremis di Mali tengah telah menewaskan 132 warga sipil, kata pemerintah setempat pada Senin.

Pembunuhan itu terjadi ketika beberapa desa di daerah Bankass diserang pada Sabtu (18/6) dan Ahad (19/6), kata pemerintah dalam sebuah pernyataan Senin.

Hari berkabung nasional selama tiga hari yang dimulai Selasa telah diumumkan oleh kepala junta yang berkuasa, Kolonel Assimi Goita.

Pemerintah mengatakan serangan itu dilakukan oleh pemberontak ekstremis dari kelompok Katiba.

Serangan-serangan itu sebelumnya telah dilaporkan oleh Moulaye Guindo, Wali Kota Bankass, kota terbesar di dekat desa-desa yang diserang.

Banner
pemberontak di mali
Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi PBB di Mali (MINUSMA). (UN/YouTube/tangkapan layar)

Serangan-serangan itu menunjukkan bahwa kekerasan ekstremis menyebar dari utara Mali ke daerah-daerah yang lebih sentral seperti Bankass.

Selama beberapa pekan pemberontak ekstremis di Mali tengah telah memblokir jalan antara kota utara Gao dan Mopti di Mali tengah.

Misi penjaga perdamaian PBB di Mali mengeluarkan pernyataan tentang serangan di Twitter yang mengatakan bahwa mereka prihatin dengan “serangan terhadap warga sipil di wilayah Bandiagara (wilayah Mali tengah) yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstremis. Serangan-serangan ini dilaporkan telah menyebabkan korban dan mengungsinya penduduk.”

Dalam insiden terpisah, seorang pasukan penjaga perdamaian PBB meninggal pada hari Ahad (19/6) karena luka-luka yang diderita dari alat peledak rakitan, kata misi PBB untuk Mali dalam sebuah pernyataan.

Kepala Misi PBB untuk Mali, El-Ghassim Wane, mengatakan bahwa sejak awal tahun 2022, beberapa serangan telah menewaskan pasukan penjaga perdamaian berseragam PBB.

Dia mengatakan bahwa serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian dapat merupakan kejahatan perang di bawah hukum internasional dan menegaskan kembali komitmen misi untuk mendukung perdamaian dan keamanan di Mali.

Banner

Sejak awal tahun, beberapa ratus warga sipil tewas dalam serangan di Mali tengah dan utara, yang dilakukan oleh pemberontak ekstremis serta tentara Mali, menurut sebuah laporan oleh divisi hak asasi manusia dari misi PBB di Mali, yang dikenal sebagai MINUSMA.

Misi penjaga perdamaian PBB di Mali dimulai pada 2013, setelah Prancis memimpin intervensi militer untuk menggulingkan pemberontak ekstremis yang telah mengambil alih sejumlah kota dan kota-kota besar di Mali utara tahun sebelumnya. 

Misi tersebut sekarang memiliki sekitar 12.000 tentara di Mali dan tambahan 2.000 polisi dan petugas lainnya. 

Lebih dari 270 penjaga perdamaian tewas di Mali, menjadikannya misi penjaga perdamaian paling mematikan di PBB, kata para pejabat.

Sumber: Al Arabiya

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan