Pembangunan smelter tembaga Freeport tersebut memperluas kapasitas fasilitas pemurnian existing sebesar 0,3 juta dmt per tahun oleh PT Smelting, serta pengolahan logam berharga (precious metal refinery) yang mencapai 6.000 ton per tahun.
Jakarta (Indonesia Window) – Pembangunan proyek fasilitas pemurnian (smelter) tembaga baru milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur berkapasitas 1,7 juta dry metric ton (dmt) per tahun kini telah mencapai 34,9 persen.
“Dari yang terukur, progress (pembangunan) lebih cepat dari yang ditargetkan. Sudah mencapai 34,9 persen di akhir bulan Juni 2022, dengan biaya yang dikeluarkan lebih dari 1,15 miliar dolar AS,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada Jumat (29/7) saat melakukan kunjungan kerja ke kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur.
Pada kesempatan tersebut, Menteri ESDM didampingi oleh Presiden Direktur PTFI Tony Wenas.
Saat ini, sudah terdapat 10.500 titik tiang pancang selain pengecoran (concrete pouring) untuk fondasi struktur.
“Ditargetkan akhir tahun 2022 (pembangunan) mencapai 50 persen. Kita harapkan di kuartal II 2023 konstruksi udah selesai, terutama proyek smelting existing,” imbuh Arifin.
Pembangunan smelter tersebut didukung oleh setidaknya 3.500 pekerja, yang terdiri atas 98 persen tenaga kerja Indonesia, dengan 50 dengan di antaranya adalah tenaga kerja asal Jawa Timur. Hal ini diharapkan menjaga percepatan pembangunan smelter.
“Proyek pembangunan harus tetap on progress. Untuk itu, kebutuhan tenaga kerja lokal akan dioptimalkan,” tutur Arifin.
Kementerian ESDM mengapresiasi upaya PTFI dalam menggarap proyek pembangunan smelter tersebut. “Secara keseluruhan saya puas. Progresnya cukup bagus, sangat berbeda dengan kunjungan pertama kali,” ujar Menteri ESDM.
Pembangunan smelter tembaga tersebut memperluas kapasitas fasilitas pemurnian existing sebesar 0,3 juta dmt per tahun oleh PT Smelting, serta pengolahan logam berharga (precious metal refinery) yang mencapai 6.000 ton per tahun.
PTFI telah menyiapkan investasi pada belanja modal (capital expenditure) sebesar 3 miliar dolar AS untuk proyek pembangunan smelter tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, perkembangan pembangunan smelter tembaga saat ini sudah cukup bagus, dan melampaui dari yang telah ditargetkan di awal, yaitu 34,3 persen.
“Untuk sekarang yang sudah kami kerjakan adalah beberapa piling (fondasi tiang pancang) yang telah terpasang, yakni mencapai 11.000 dari total 16.000 pailing atau 65 persen, dengan concrete pouring mencapai 20.000 meter kubik, dari rencana total sekitar 220.000 meter kubik,” jelasnya.
Tony mengatakan, aktivitas pembangunan terus dilakukan secara intensif, dengan perusahaan kontraktor PT Ciyoda International Indonesia (CII) yang berfokus pada pemadatan lahan, dan didukung oleh Adhi Karya, serta beberapa perusahaan kontraktor lokal lainnya.
Persetujuan master list pembangunan smelter telah didapatkan oleh PT Freeport Indonesia dari Pemerintah Indonesia.
Teknologi yang diterapkan dan dikembangkan pada pembangunan smelter tersebut berupa Double Flash Smelting & Converting yang telah diadopsi oleh beberapa negara di dunia, seperti China, India, negara-negara di kawasan Eropa, dan Amerika Serikat.
Sementara itu, produk utama yang dihasilkan dari smelter tersebut berupa katoda tembaga, emas dan perak murni batangan, PGM (Platinum Group Metals), serta asam sulfat, terak, gipsum, serta timbal sebagai produk sampingan.
Laporan: Redaksi