Jakarta (Indonesia Window) – Mungkin Eko Purwanto sendiri pun tak menyangka bahwa dirinya yang “hanya” seorang pekerja migran di sebuah pabrik di Ulsan berhasil diwisuda menjadi sarjana dari Universitas Terbuka (UT) di Korea Selatan.
Eko tak “sekadar” menjadi sarjana. Pria asal Sragen, Jawa Tengah ini pun lulus dengan IPK 3,39 dan termasuk yang terbaik di antara para lulusan.
“Hari ini, 22 September 2019, adalah hari bersejarah bagi kami. Toga yang selama ini kami impikan bisa kami kenakan dengan penuh kebanggaan. Gelar sarjana yang kami idam-idamkan kini bisa kami raih,” tutur Eko saat menyampaikan sambutan sebagai wisudawan terbaik.
Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang lulus sebagai sarjana tak hanya Eko. Bersamanya di hari wisuda tersebut ada sepuluh kawannya yang juga PMI dan mendapat gelar sarjana.
Perjuangan
Perjuangan Eko menempuh kuliah di UT di Korea Selatan sembari bekerja di pabrik tentu bukan perkara mudah.
Ahad adalah satu-satunya hari dalam sepekan dirinya bisa membuka buku kuliah. Itu pun jika tak mendapat jadwal lembur.
Di lain hari Eko harus menjalankan jadwal kerja di pabrik yang cukup padat demi bisa menghidupi dirinya di negeri asing dan mengirim rezeki yang diperolehnya buat keluarga di tanah air.
Dia berpesan kepada seluruh mahasiswa UT di Korea yang kebanyakan adalah PMI agar dapat mengatur waktu dengan baik.
“Kunci sukses belajar di UT adalah pandai dalam manajemen waktu. Karena sistem belajarnya bersifat mandiri dan jarak jauh. Teruslah konsisten belajar, jangan sampai putus di tengah jalan hingga toga kalian kenakan,” ujar Eko.
Istimewa
Kelulusan Eko Purwanto dan kawan-kawannya adalah hari istimewa karena bersamaan dengan digelarnya Festival Indonesia 2019 yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar RI di Seoul.
“Saya bangga dengan para lulusan UT Korea yang dengan gigih mampu menyelesaikan kuliahnya walaupun harus berbagi waktu dengan pekerjaan yang sudah sangat menyita sebagian besar waktu mereka,” kata Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi pada acara festival tersebut.
Duta besar juga memuji Eko yang bukan saja menjadi wisudawan terbaik, namun juga karena dia aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UT Korea serta pengurus masjid Baburrahman di Ulsan.
“Inilah universitas negeri yang dirancang untuk orang sibuk seperti kalian semua. Universitas ini memang tidak serta merta memberikan lapangan pekerjaan tatkala kalian pulang ke Tanah Air, tapi yang pasti akan mengubah pola pikir dan cara pandang sehingga mampu menyelesaikan segala tantangan hidup,” ujar Dubes Umar.
Tahun ini ada 15 PMI yang lulus dari UT Korea. Selama sembilan tahun berdiri, UT Korea telah meluluskan 126 wisudawan.
Jumlah tersebut sebenarnya lebih banyak. Namun, sebagian besar dari mereka melanjutkan kuliah dan diwisuda di Tanah Air karena terbatasnya masa kontrak kerja di Korea yang hanya tiga tahun.
Sebanyak 1.388 orang tercatat sebagai mahasiswa UT Korsel yang belajar di tiga jurusan yaitu, Ilmu Komunikasi, Manajemen dan Bahasa Inggris. Sebagian besar dari mereka berstatus sebagai Pekerja Migran Indonesia.
Pada 2014, UT Korea terdaftar secara resmi sebagai Lembaga Swadaya Masyakarat di Korea Selatan yang memungkinkannya mendapatkan berbagai fasilitas dari pemerintah setempat.
Sebanyak 40 mahasiswa tingkat pascasarjana dan doktoral mendukung kegiatan UT di Korsel sebagai tutor.
Data dari Kantor Imigrasi Korea dan Pembangunan SDM Korea (HRDK) menunjukkan hingga 31 Juli 2019 jumlah WNI di Korea Selatan sebanyak 41,574 orang, dan sebagian besar merupakan PMI.
Sementara itu, jumlah pelajar dan mahasiswa Indonesia di Korea Selatan adalah 1.500 orang.
Laporan: Redaksi