Pandai besi asal Palestina, Akram al-Wa’ra, dari kamp pengungsi Aida di Tepi Barat, mengubah tabung gas air mata yang dilemparkan oleh pihak Israel menjadi beragam bentuk karya seni.
Ramallah, Palestina (Xinhua) – Di tengah bentrokan yang tampaknya tidak ada habisnya antara tentara Israel dan warga Palestina di Tepi Barat, tabung gas air mata yang dilemparkan oleh pihak Israel diubah menjadi karya seni oleh seorang pandai besi berusia 56 tahun asal Palestina.
Akram al-Wa’ra, dari kamp pengungsi Aida di Tepi Barat, memiliki ide tersebut pada 2014 ketika Israel dan Gaza terlibat dalam perang sengit selama 51 hari, di mana pasukan Israel menembakkan ratusan tabung ke warga setempat.
“Saat itu, saya terpaksa menutup bengkel kerja saya, satu-satunya sumber penghasilan saya, untuk melindungi diri dari gas air mata yang ditembakkan kepada kami,” kenang ayah enam anak itu.
Perang tersebut menimbulkan kerugian besar bagi al-Wa’ra. Namun, dia memutuskan untuk mengubah kenangan buruk itu, yakni tabung gas air mata bekas yang ditembakkan oleh pasukan Israel, menjadi karya seni yang indah dan hidup.
Al-Wa’ra menghadiri puluhan lokakarya daring (online) dan tatap muka untuk mempelajari cara menangani tabung dan membersihkannya agar dapat didaur ulang.
Sejauh ini, al-Wa’ra menghasilkan sekitar 10.000 karya seni dan aksesori. Di antara karya-karyanya, Hanzala, simbol dan personifikasi nasional rakyat Palestina yang terkenal, peta Palestina, dan kunci Palestina yang melambangkan hak Palestina untuk mendapatkan kembali propertinya yang lenyap, menjadi yang paling laris.
Tahun demi tahun, bengkel kerja al-Wa’ra menjadi salah satu toko yang paling direkomendasikan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Setiap hari, ratusan wisatawan mengunjungi bengkel kerja saya,” ungkap pria itu sambil tersenyum. “Saya berhasil membuat sorotan tentang penderitaan kami di bawah pendudukan Israel melalui karya seni saya.”
Pria itu meyakini bahwa tidak hanya senjata yang dapat membela rakyat Palestina dan hak-hak mereka, seni pun dapat melakukannya, terutama bagi komunitas internasional, yang sebagian besar menyerukan perdamaian.
Al-Wa’ra berharap dapat memperluas pamerannya ke negara-negara lain untuk mengubah stereotipe terhadap rakyat Palestina.
Dia menekankan bahwa “kami menantikan untuk hidup dalam damai dan membangun negara merdeka kami di tanah kami sendiri karena itu adalah hak dasar bagi rakyat kami yang terpaksa tinggal di wilayah perang selama berdekade.”
Israel merebut Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur dalam perang Timur Tengah 1967 dan sejak saat itu mengendalikan atau mengepung wilayah-wilayah tersebut, sementara Palestina berupaya mendirikan sebuah negara merdeka di wilayah-wilayah itu dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Laporan: Redaksi