Respons terhadap perubahan iklim saat ini “sangat tidak konsisten dan terlalu lambat”, kata Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa Hans Kluge.
Kopenhagen, Denmark (Xinhua) – Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa Hans Kluge menyebut respons terhadap perubahan iklim saat ini “sangat tidak konsisten dan terlalu lambat” dalam sebuah pernyataan pada Senin (7/11).
“Perubahan iklim dan krisis yang dipicunya sudah lama menjadi keadaan darurat kesehatan yang jelas. WHO dan mitra-mitranya telah lama memperingatkan tentang hal itu,” ujar Kluge, seraya mendesak para partisipan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP27) yang sedang berlangsung di Mesir untuk bertindak dengan lebih cepat dan lebih koheren.
Untuk menghindari peningkatan paparan dan kerentanan terhadap gelombang panas dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya, Kluge menyerukan dilakukannya langkah-langkah mitigasi dan adaptasi drastis yang dapat mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan kesehatan individu, masyarakat, dan planet.
Menurut Kluge, kebakaran hutan dahsyat yang melanda Eropa pada musim panas tahun lalu telah menyebabkan emisi karbon tertinggi sejak 2007, “mencemari udara kita, menewaskan banyak orang.”
Dia memperingatkan bahwa suhu ekstrem dapat menyebabkan tekanan panas (heat stress), yang menjadi penyebab utama kematian yang berkaitan dengan cuaca di Eropa.
Berdasarkan data negara, WHO menyebutkan bahwa jumlah kematian yang berkaitan dengan cuaca panas mencapai 15.000 pada 2022, papar Kluge.
Tahun lalu, peristiwa cuaca dan iklim yang berefek tinggi seperti banjir dan badai berdampak langsung terhadap lebih dari setengah juta orang, sebut Kluge.
Mengutip sebuah laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO), Kluge mengatakan bahwa Eropa merupakan kawasan dengan pemanasan tercepat di dunia, dengan suhu ekstrem telah menyebabkan lebih dari 148.000 nyawa melayang dalam 50 tahun terakhir.
Menurut Kluge, organisasinya berniat untuk “menggunakan kekuatan kolektif negara-negara anggota WHO untuk mengintegrasikan kesehatan ke dalam rencana perubahan iklim mana pun.”
“Kita harus melakukannya sekarang jika ingin mencegah krisis iklim berubah menjadi bencana iklim permanen untuk kawasan dan seluruh planet kita,” kata Kluge.
Laporan: Redaksi