Nilai perdagangan jasa China pada paruh pertama tahun ini mencapai 2,89 triliun yuan (sekira 6.217 triliun rupiah), naik 21,6 persen secara tahunan (year on year/yoy), sementara volume perdagangan jasa padat pengetahuan meningkat 9,8 persen, dengan pertumbuhan yang kuat di sektor telekomunikasi dan layanan informasi, menurut data dari Kementerian Perdagangan China.
Bangkok, Thailand (Xinhua) – Pertumbuhan perdagangan jasa China yang pesat menunjukkan ketahanan ekonomi China di tengah tren penurunan ekonomi global dan wabah COVID-19 yang kembali merebak, kata seorang pakar.
Pertumbuhan yang stabil dari perdagangan jasa padat pengetahuan “sangat menjanjikan,” mengindikasikan kualitas dan nilai tambah yang lebih tinggi dari ekspor China, ujar Wichai Kinchong Choi, wakil presiden senior bank Thailand Kasikornbank, kepada Xinhua dalam wawancara tertulis baru-baru ini.
Pada paruh pertama tahun ini, nilai perdagangan jasa China mencapai 2,89 triliun yuan, naik 21,6 persen secara tahunan (year on year/yoy), sementara volume perdagangan jasa padat pengetahuan meningkat 9,8 persen, dengan pertumbuhan yang kuat di sektor telekomunikasi dan layanan informasi, menurut data dari Kementerian Perdagangan China.
Di saat pemulihan ekonomi global menghadapi banyak tantangan, Pameran Perdagangan Jasa Internasional China (China International Fair for Trade in Services/CIFTIS) 2022, yang berlangsung hingga 5 September, menyediakan platform bagi perdagangan jasa global serta “diharapkan dapat mendorong pertumbuhan lebih lanjut serta menghubungkan pasar domestik dan internasional,” ungkap Choi.
Seraya menyebutkan bahwa China telah menjadi tuan rumah serangkaian pameran perdagangan sejak akhir 2021, seperti Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo), Pameran Impor dan Ekspor China (China Import and Export Fair), dan Pameran Produk Konsumen Internasional China (China International Consumer Products Expo), Choi menuturkan bahwa pameran perdagangan jasa tahun ini “sekali lagi menunjukkan komitmen China untuk mendorong tingkat keterbukaan yang lebih tinggi dan dukungan kuatnya terhadap sistem perdagangan multilateral.”
Choi menyebut bahwa China, sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia, telah secara aktif mempromosikan perdagangan internasional dan semakin membuka lebar pasarnya, berbagi dividen dari perkembangannya dengan negara-negara di seluruh dunia, terutama negara-negara berkembang, dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pemulihan global pascapandemi.
Choi mengungkapkan bahwa pameran perdagangan itu berfokus pada berbagai industri yang berkaitan erat dengan mata pencarian masyarakat.
Berkenaan dengan Thailand, Choi mengatakan industri jasa adalah bagian penting dari ekonomi Thailand, dan “pameran perdagangan ini akan membantu perusahaan-perusahaan Thailand mengakses informasi pasar dan berbagai peluang bisnis baru yang lebih baik.”
*1 yuan = 2.158 rupiah
Laporan: Redaksi