Jakarta (Indonesia Window) – Bank Dunia nilai sektor keuangan Indonesia saat ini masih rentan terhadap risiko global, relatif kecil, dan mahal, menjadikan hal ini kekurangan struktural yang menghambat pembangunan sektor tersebut.
“Namun sektor keuangan Indonesia telah menunjukkan fundamental makro keuangan yang solid selama masa pandemik COVID-19,” ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen, dalam acara Peluncuran Laporan ‘Indonesia Economic Prospects June 2022’ yang dipantau Antara secara daring di Jakarta, Rabu.
Dengan keadaan seperti itu, menurut dia, pembuat kebijakan memiliki tiga peluang untuk mengatasi risiko dan kendala yang ada dalam sektor keuangan di Indonesia.
Peluang pertama adalah meningkatkan permintaan dan penawaran sektor keuangan yang membutuhkan perluasan sumber pendanaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan basis investor institusional dan memastikan akses ke layanan keuangan digital.
Hal ini akan memungkinkan peminjaman dan penggunaan jasa keuangan, serta akan memfasilitasi pengembangan instrumen keuangan hijau baru untuk mendukung transisi rendah karbon, jelas Kahkonen.
Peluang kedua adalah meningkatkan alokasi sumber daya melalui sektor keuangan.
“Layanan keuangan digital yang luas, promosi persaingan di sektor perbankan, dan pembentukan infrastruktur keuangan yang sehat, menjadi kunci yang dapat membantu menyalurkan tabungan ke dalam investasi yang paling produktif dengan cara yang lebih murah, cepat, aman, dan transparan,” terang Kahkonen.
Sementara itu, peluang ketiga yang dimiliki para pembuat kebijakan di Indonesia adalah memperkuat kapasitas sektor keuangan untuk menahan guncangan finansial dan nonfinansial.
Langkah tersebut penting bagi sektor keuangan untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien, menilai dan mengelola risiko, serta mendukung sektor riil yang merupakan tugas sektor keuangan.
Kekuatan regulasi keuangan termasuk pengawasan terintegrasi dan perlindungan hukum pengawas, serta kerangka kesiapsiagaan dan resolusi krisis penting untuk memastikan stabilitas sektor keuangan di Indonesia.
Kahkonen melanjutkan, guncangan terkait iklim yang sangat rentan terjadi di Indonesia juga dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas sektor keuangan dan memerlukan manajemen risiko yang memadai.
Untuk mengoperasionalkan ketiga peluang tersebut, reformasi perlu difokuskan pada peningkatan kedalaman dan efisiensi, serta penguatan ketahanan sistem keuangan.
“Dalam perekonomian modern, sektor keuangan dianggap sebagai tulang punggung perluasan kegiatan ekonomi. Jika tidak segera diatasi, maka akan menyeret pertumbuhan ekonomi,” ujar Kahkonen.
Sumber: Antara
Laporan: Redaksi