Jakarta (Indonesia Window) – Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 4,37 miliar dolar AS pada September 2021, dengan nilai ekspor 20,60 miliar dolar AS dan impor 16,23 miliar dolar AS, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
“Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 17 bulan secara beruntun,” kata Kepala BPS Margo Yuwono pada konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat.
Margo menyampaikan komoditi nonmigas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Sedangkan, negara yang memberikan andil terhadap surplus terbesar yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina.
Margo memaparkan neraca perdagangan dengan AS mengalami surplus 1,5 miliar dolar AS dengan komoditas surplus terbesar yakni pakaian dan aksesorinya.
Sementara itu, perdagangan dengan India juga mengalami surplus sebesar 718,6 juta dolar AS dengan komoditas utama berupa bahan bakar mineral dan lemak minyak hewan dan nabati.
Surplus perdagangan juga dialami dengan Filipina yang mencapai 713,9 juta dolar AS, dengan komoditas penyumbang surplus terbesar yaitu bahan bakar mineral serta kendaraan dan bagiannya.
Meskipun demikian, perdagangan Indonesia juga mengalami defisit dengan beberapa negara, dengan yang terbesar adalah perdagangan dengan Australia, Thailand, dan Ukraina.
“Defisit dengan Australia sebesar 529,7 juta dolar AS disebabkan oleh bahan bakar mineral, serta bijih logam, perak, dan abu,” ujar Margo.
Sedangkan, defisit perdagangan dengan Thailand mencapai 346,8 juta dolar AS disebabkan oleh komoditas plastik dan barang dari plastik, diikuti mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya.
Sementara itu, perdagangan dengan Ukraina mengalami defisit sebesar 247,2 juta dolar AS, dengan komoditas utama berupa serealia, serta besi dan baja.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif pada periode Januari-September 2021 mengalami surplus sebesar 25,07 miliar dolar AS.
“Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Misalnya pada periode yang sama di tahun 2020, surplusnya tercatat 13,35 miliar dolar AS dan bahkan di 2019 kita mengalami defisit,” kata Margo.
Laporan: Redaksi