Banner

Netanyahu ragu soal kesepakatan pembebasan sandera, bersumpah pertahankan kehadiran Israel di Gaza

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan, depan) menginspeksi pasukan Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 18 Juli 2024. (Xinhua/GPO/Avi Ohayon)

Negosiasi gencatan senjata Gaza dipastikan tidak berjalan karena Netanyahu berusaha menggagalkan upaya-upaya untuk mencapai kesepakatan setelah sebuah proposal mediasi baru dipresentasikan di Qatar pada akhir pekan lalu.

 

Yerusalem (Xinhua/Indonesia Window) – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (20/8) mengatakan kepada pihak keluarga sandera bahwa dirinya tidak yakin kesepakatan dengan Hamas dapat tercapai, seraya menekankan bahwa Israel tidak akan melepaskan kendalinya atas dua koridor di Jalur Gaza, yang menjadi tuntutan utama Hamas, demikian dilansir media milik pemerintah Israel.

“Dalam keadaan apa pun, Israel tidak akan menarik diri dari Koridor Philadelphia dan Koridor Netzarim, meskipun ada tekanan yang sangat besar untuk melakukannya,” kata Netanyahu kepada Gvura Forum dan Tikva Forum, dua kelompok yang mewakili keluarga para sandera, seperti dilaporkan Kan TV.

Koridor Philadelpia merupakan daerah perbatasan antara Mesir dan Gaza, sedangkan Koridor Netzarim membagi daerah kantong tersebut menjadi zona utara dan selatan. Pasukan Israel saat ini menguasai keduanya, namun Hamas bersikeras agar Israel menarik diri dari kedua koridor tersebut sebagai bagian dari syarat untuk kesepakatan gencatan senjata.

Kantor Netanyahu tidak menyangkal bahwa komentar tersebut dilontarkan sang PM saat bertemu dengan keluarga sandera. Dalam sebuah pernyataan, Netanyahu bersumpah akan “mempertahankan aset keamanan strategis kami meskipun ada tekanan yang besar.”

Para pejabat Israel yang terlibat dalam negosiasi gencatan senjata Gaza menuding Netanyahu berusaha menggagalkan upaya-upaya untuk mencapai kesepakatan setelah sebuah proposal mediasi baru dipresentasikan di Qatar pada akhir pekan lalu.

“Pernyataan Netanyahu tersebut dimaksudkan untuk menggagalkan negosiasi,” kata para pejabat kepada Kan TV. “PM tahu bahwa kita berada di titik kritis, di mana kita sedang mengupayakan solusi untuk koridor Philadelphia dan Netzarim menjelang pertemuan tingkat tinggi berikutnya. Dia menyadari kemajuan yang telah dicapai, namun pernyataannya bertentangan dengan apa yang telah disepakati dengan para mediator.”

Pernyataan tersebut muncul sehari setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, usai melangsungkan pertemuan dengan Netanyahu di Tel Aviv pada Senin (19/8), mengatakan bahwa Israel telah menerima proposal kesepakatan mediasi. Proposal tersebut, yang diajukan oleh mediator Qatar, Mesir, dan AS, digambarkan oleh Blinken sebagai upaya terakhir untuk mencapai kesepakatan, yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata dengan imbalan pembebasan sandera Israel dan tahanan Palestina.

Hamas menuntut agar kesepakatan tersebut mencakup penarikan penuh Israel dari Gaza dan gencatan senjata permanen.

Keluarga dan pendukung para sandera yang diculik Hamas ikut serta dalam pawai dari Kibbutz Re’im ke Yerusalem, untuk menyerukan pembebasan semua sandera, di Re’im, Israel, pada 28 Februari 2024. (Xinhua/JINI/Tomer Neuberg)

Di luar pangkalan Kirya di Tel Aviv, markas besar militer Israel, puluhan keluarga sandera dan para pendukungnya pada Selasa berunjuk rasa untuk mendesak pemerintah agar segera menandatangani kesepakatan. Demonstrasi serupa juga berlangsung di seluruh Israel.

Unjuk rasa ini dipicu oleh penemuan jenazah enam sandera dari sebuah terowongan di Kota Khan Younis, Gaza selatan, dalam sebuah operasi militer. Keenam sandera tersebut diculik oleh pejuang Hamas pada 7 Oktober 2023, saat kelompok itu melancarkan serangan mendadak ke sejumlah permukiman Israel.

Netanyahu memuji operasi tersebut, menyatakan bahwa “Israel akan terus melakukan segala upaya untuk membawa pulang sandera kami.”

Namun, Juru Bicara Militer Israel Daniel Hagari mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa “saat ini ada 109 sandera yang ditahan oleh Hamas,” dan menambahkan, “Kita tidak akan dapat menyelamatkan mereka semua melalui operasi militer.” Dirinya menambahkan bahwa saat ini Institut Kedokteran Forensik Nasional Israel masih menentukan penyebab kematian keenam sandera tersebut.

Sementara itu, Channel 13 TV Israel melaporkan bahwa para pejabat dari delegasi Israel menyatakan keraguan mereka atas dimulainya kembali perundingan di Kairo pekan ini. Mayor Jenderal Nitzan Alon, yang mewakili militer Israel dalam delegasi tersebut, kemungkinan tidak akan hadir menyusul penolakan Netanyahu untuk berkompromi pada koridor Philadelphia dan Netzarim. “Jika tidak ada kompromi pada isu-isu utama, apa gunanya pergi ke Mesir?” kata para pejabat tersebut kepada Channel 13 TV.

Para pejuang Hamas menyandera sekitar 250 orang dalam serangan mereka pada 7 Oktober 2023 terhadap sejumlah permukiman di Israel selatan. Sementara puluhan orang telah dibebaskan dalam sebuah kesepakatan, sejumlah pejabat keamanan Israel, yang berbicara kepada Xinhua dengan syarat dirahasiakan identitasnya, mengatakan hanya sekitar 60 sandera yang diyakini masih hidup.

Respons Israel terhadap serangan tersebut berujung pada serangan berskala besar, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina di Gaza, sebagian besar merupakan warga sipil, dan menyebabkan kehancuran yang meluas di seluruh daerah kantong tersebut, menurut otoritas kesehatan di Gaza.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan