Mufti Menk mengakui makin mencintai Indonesia serta masyarakatnya yang ramah dan murah hati, dan berharap dapat kembali lagi dan menghabiskan waktu lebih lama.
Jakarta (Indonesia Window) – Ulama besar asal Zimbabwe, Mufti Menk, mengakui makin mencintai Indonesia serta masyarakatnya yang ramah dan murah hati.
“Pengalaman saya tentang Indonesia selama ini sangat menakjubkan. Setiap kali saya berkunjung ke Indonesia, saya makin mencintai tempat ini, dan makin mencintai orang-orangnya,” ujar Mufti Menk dalam wawancara eksklusif dengan Indonesia Window, usai menyampaikan topik ‘Remembering Death (Mengingat Kematian): A Motivation for Living Better (Motivasi Untuk Hidup Lebih Baik)’.
Topik tersebut dibawakan dalam event Islam internasional, CONN3CT, yang diselenggarakan oleh The Strong Minor Project, pada 11-12 Januari 2025 di ISTORA Senayan, Jakarta, Ahad.
Lebih lanjut ulama besar tersebut menyatakan bahwa sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, masyarakat Indonesia sangat baik hati. “Maasyaa Allah…”
“Saya tahu mereka memiliki perjuangan hidup sendiri-sendiri. Namun, saya melihat ada banyak kebaikan dalam diri masyarakat Indonesia. Ada banyak tantangan. Beberapa dari tantangan ini mungkin saya tahu, beberapa mungkin tidak saya ketahui,” ujarnya.
“Saya berdoa semoga Allah menjaga bangsa ini dan ‘diin’ (agama) masyarakat ini,” ucap ulama yang memiliki jutaan pengikut di platform media sosial dan termasuk dalam ‘500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia sejak 2010’ itu.
Menurut dia, setiap orang di seluruh dunia pasti menghadapi tantangan. “Namun, insyaa Allah dengan pertolongan Allah dan perhatian dari para ulama, serta berbagai entitas lainnya, kita bisa membantu generasi kita di masa mendatang.”
“Sekelumit nasihat yang dapat saya berikan adalah tetaplah menjadikan Allah sebagai titik fokus. Karena keberhasilan kita bergantung pada fokus itu, bahwa kita memiliki Sang Pencipta yang kepadanya kita akan kembali. Hanya kepada Allah kita beriman dan kita menyembah-NYA saja,” urai Mufti Menk.
Dia tidak menampik bahwa ketika generasi berganti seiring bergilirnya zaman, “kita cenderung memiliki gangguan, terkadang dalam bentuk uang, terkadang hiburan, terkadang beberapa hal lainnya. Hal-hal ini dapat mengalihkan kita dari Allah. Al-Qur’an mengatakan bahwa setan mengalihkan kita dari sholat dan mengingat Allah.”
“Alhamdulillah, bangsa ini baik-baik saja,” ucap Mufti Menk yang lahir dari pasangan orangtua berdarah Pakistan ini.
Ulama kelahiran Zimbabwe itu berharap dapat kembali lagi ke Indonesia, “dan menghabiskan lebih banyak waktu di negeri ini. Orang-orangnya sangat penyayang dan murah hati.”
Laporan: Redaksi