Banner

Misi pertanian Taiwan bantu masyarakat Kabupaten Sigi, Sulteng

Konsultan pertanian dari ICDF Taiwan, Richard Hung (kiri) memberikan pelatihan kepada Safriandi (kanan), salah satu petani Desa Lolu di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. (tangkapan layar film ‘Spicy Life’/Indonesia Window)

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Pada tanggal 28 September 2018, gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter menggoncang Provinsi Sulawesi Tengah dan memicu tsunami.

Lebih dari 2.000 orang meninggal dunia, dan setidaknya 1.300 orang hilang. Total kerugian ekonomi diperkirakan mencapai 2,8 miliar dolar AS (sekira 39,6 triliun rupiah).

Bencana alam tersebut berdampak pada 2,41 juta jiwa menyusul rusaknya sistem penyediaan air dan irigasi Gumbasa yang memasok air di Kota Palu dan Kabupaten Sigi, serta hilangnya lahan pertanian, salah satunya karena terendam air.

Walhasil, sebagian dari masyarakat (80 persen) yang bekerja sebagai petani penggarap sawah kehilangan sumber nafkah, terutama mereka yang tinggal di Kabupaten Sigi.

Merespon bencana dan dampak yang ditinggalkannya, International Cooperation and Development Fund (ICDF) atau Dana Kerja Sama dan Pembangunan Internasional Taiwan segera menurunkan bantuan kepada masyarakat di Sigi.

Banner

Bersama dengan World Vision Indonesia, tim kemanusiaan tersebut membantu masyarakat membersihkan lahan pertanian dari puing-puing akibat gempa bumi.

Tim itu juga menyiapkan lahan pertanian yang rusak dengan merestorasinya seluas 100 hektare dan membantu menggali 50 sumur irigasi dangkal di Desa Lolu yang berada di Kabupaten Sigi.

Misi kemanusiaan juga menyediakan bahan dan alat pertanian, seperti mesin, benih dan pupuk, kepada masyarakat, serta bantuan teknis lainnya.

Upaya kemanusiaan Taiwan dan World Vision Indonesia telah memberikan 507 peluang pekerjaan bagi 200 petani di Desa Lolu.

Perjalanan misi pertanian Taiwan di Kabupaten Sigi tersebut telah diangkat ke dalam film pendek berjudul ‘Spicy Life’ yang dapat disaksikan melalui tautan https://youtu.be/_xusErnwMJk

Film berdurasi 3 menit, 20 detik tersebut mengisahkan Safriandi dan keluarga kecilnya, yang selamat dari gempa bumi Sigi dan berhasil bangkit kembali dengan menggarap lahan cabai yang oleh orang setempat disebut ‘rica’.

Banner

Safriandi adalah salah satu dari penerima manfaat bantuan ICDF dan World Vision Indonesia.

Mereka diajarkan mulai cara menanam cabai, mengatasi hama dan metode mengolah lahan pertanian dengan baik, hingga bagaimana memasarkan hasil pertanian.

Kini, Safriandi dan masyarakat di desanya tidak hanya dapat menikmati panen yang melimpah dari lahan pertanian yang mereka garap sendiri, tapi juga memperoleh keuntungan dari penjualan cabai di pasar.

Sumber: Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei (TETO)

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan