Banner

Minyak turun di tengah pembicaraan Rusia-Ukraina

Ilustrasi. (Dean Brierley on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Minyak melemah untuk kelima kalinya dalam enam hari terakhir pada penutupan perdagangan Rabu (16/3) atau Kamis pagi WIB, karena para pedagang bereaksi terhadap kemajuan yang diharapkan dalam pembicaraan damai Rusia-Ukraina dan peningkatan mengejutkan dalam persediaan AS.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei jatuh 1,89 dolar AS atau 1,9 persen, menjadi menetap di 98,02 dolar AS setelah diperdagangkan dalam kisaran 6,0 dolar AS antara 97,55 dolar AS dan 103,70 dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir merosot 1,40 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi 95,04 dolar AS per barel.

Pasar minyak naik turun selama lebih dari dua pekan, dan kedua harga acuan telah diperdagangkan dalam kisaran tertinggi-ke-rendah terbesar mereka selama 30 hari terakhir daripada kapan pun sejak pertengahan 2020.

Hiruk pikuk reli pekan lalu mendorong Brent secara singkat melewati 139 dolar AS per barel di tengah kekhawatiran tentang gangguan yang berkepanjangan pada pasokan Rusia. Brent sekarang berada lebih dari 40 dolar AS di bawah titik itu, dan beberapa analis telah memperingatkan bahwa ini mencerminkan terlalu banyak optimisme bahwa perang akan segera berakhir.

Amerika Serikat dan negara-negara lain telah menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia sejak menginvasi Ukraina lebih dari dua pekan lalu. Ini mengganggu perdagangan minyak Rusia lebih dari 4 hingga 5 juta barel minyak mentah setiap hari.

Brent telah melakukan reli 28 persen dalam enam hari dan kemudian turun 24 persen selama enam sesi berikutnya terhitung Rabu (16/3). Harga mencapai level tertinggi 14 tahun pada 7 Maret sebelum mundur kembali.

Sejumlah faktor mendorong perubahan arah, termasuk harapan moderat dari perjanjian damai Rusia-Ukraina dan sinyal kemajuan yang samar antara Amerika Serikat dan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 yang akan memungkinkan Republik Islam Iran untuk mengekspor minyak jika setuju untuk membatasi ambisi nuklirnya.

Permintaan China diperkirakan akan melambat karena lonjakan kasus virus corona di sana, meskipun angka menunjukkan lebih sedikit kasus baru dan harapan stimulus China mendorong ekuitas.

“Ke depan dari sini kami mencari berita utama tentang negosiasi di Rusia, gencatan senjata atau penarikan, atau penyebaran COVID di China,” kata Robert Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Jika perang berlanjut, lebih banyak pasokan akan terganggu, kata Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu (16/3).

Tiga juta barel per hari minyak dan produk Rusia mungkin tidak menemukan jalan mereka ke pasar mulai April, kata IEA, karena sanksi menggigit dan pembeli menunda. IEA juga mengatakan permintaan akan turun, tetapi tidak sebanyak potensi penurunan pasokan Rusia.

Persediaan AS naik 4,3 juta barel, terhadap ekspektasi penurunan, sementara stok di pusat Cushing, Oklahoma, naik juga, mengurangi sedikit kekhawatiran tentang rendahnya tingkat persediaan di sana.

Bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga AS untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, meningkatkan suku bunga federal-funds sebesar seperempat poin persentase, seperti yang diantisipasi. Lintasan dasar pasar minyak tidak berubah setelah berita tersebut.

Tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan damai Rusia-Ukraina menambah nada bearish. Presiden Ukraina mengatakan posisi Ukraina dan Rusia terdengar lebih realistis, tetapi memerlukan waktu. Menteri luar negeri Rusia mengatakan beberapa kesepakatan dengan Ukraina hampir disepakati.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan