Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Selasa pagi, setelah dua hari beruntun turun dengan beberapa selera risiko kembali ketika pasar menunggu petunjuk dari ketua Federal Reserve AS tentang potensi kenaikan suku bunga, sementara beberapa produsen minyak terus berjuang untuk meningkatkan produksi.
Minyak mentah berjangka Brent menguat 26 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 81,13 dolar AS per barel pada pukul 01.56 GMT, setelah jatuh sekitar satu persen di sesi sebelumnya. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 30 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 78,53 dolar AS per barel, setelah jatuh 0,9 persen pada Senin (10/1).
Dolar AS yang lebih lemah membantu mendukung harga minyak pada Selasa, karena membuat minyak lebih murah bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
Penurunan harga minyak selama dua sesi sebelumnya didorong oleh kekhawatiran melonjaknya kasus COVID-19 di seluruh dunia yang berpotensi melemahkan permintaan bahan bakar.
Namun, analis menunjuk ketatnya pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+, tidak mengikuti permintaan dan mendukung harga lebih tinggi.
“Pasar masih bisa mendapatkan keuntungan dari pasokan yang lebih ketat dan risiko pasokan dari Rusia,” kata analis komoditas ANZ Research dalam sebuah catatan. Ketegangan politik telah meningkat, karena Rusia telah mengumpulkan pasukan di perbatasan Ukraina.
Analis menunjuk pada penambahan pasokan OPEC yang berjalan di bawah peningkatan yang diizinkan di bawah pakta OPEC+, karena beberapa negara, termasuk Nigeria, tidak memproduksi volume yang disepakati.
“Fundamental tetap bullish (menguat) untuk minyak mentah – terutama jika OPEC terus berjuang untuk mencapai kuota sebagai bagian dari kenaikan bulanan 400.000 barel per hari, karena permintaan menguat,” kata analis OANDA, Craig Erlam.
Libya, yang dibebaskan dari pembatasan pasokan OPEC, telah dilanda pekerjaan pemeliharaan pipa dan gangguan ladang minyak. Namun pada Senin (10/1), produksi dilanjutkan kembali di ladang minyak El Feel, di mana sebuah kelompok bersenjata menghentikan produksi bulan lalu.
Pasar menunggu data persediaan minyak dan produk AS dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, yang dijadwalkan pada Selasa pukul 21.30 GMT, diikuti oleh data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (12/1).
Enam analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS turun sekitar 2 juta barel dalam seminggu hingga 7 Januari, yang akan menandai penurunan persediaan minyak mentah selama tujuh pekan berturut-turut.
Laporan: Redaksi