Jakarta (Indonesia Window) – Minyak berjangka melemah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), di tengah kekhawatiran bahwa meningkatnya kasus virus corona di seluruh dunia dapat mengurangi permintaan minyak mentah karena keraguan baru muncul tentang efektivitas vaksin terhadap varian Omicron.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari turun 76 sen atau 1,0 persen, menjadi menetap di 74,39 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari kehilangan 38 sen atau 0,5 persen, menjadi ditutup di 71,29 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Varian Omicron, dilaporkan di lebih dari 60 negara, menimbulkan risiko global “sangat tinggi”, dengan beberapa bukti bahwa varian tersebut mengurangi perlindungan vaksin, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menaikkan perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal pertama 2022, namun mempertahankan prediksi pertumbuhan setahun penuh, mengatakan varian Omicron akan memiliki dampak ringan karena dunia telah terbiasa menghadapi pandemik COVID-19.
Pemerintah-pemerintah di seluruh dunia, termasuk Inggris dan Norwegia, memperketat pembatasan untuk menghentikan penyebaran varian Omicron.
Setidaknya satu orang meninggal di Inggris setelah tertular Omicron, kematian pertama yang dikonfirmasi secara publik secara global dari varian yang menyebar dengan cepat ini.
Di China, sebuah provinsi manufaktur besar, Zhejiang, memerangi kluster COVID-19 pertamanya tahun ini, dengan ratusan ribu warga kini dikarantina.
“China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia, dan ini bisa berada di bawah tekanan lebih cepat jika Covid menyebar tanpa terkendali di negara terpadat di dunia ini,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York, AS.
OPEC dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada 4 Januari untuk memutuskan kebijakan produksi mereka.
Menteri perminyakan Irak pada Ahad (12/12) mengatakan dia memperkirakan OPEC pada pertemuan berikutnya akan mempertahankan kebijakannya saat ini tentang peningkatan pasokan bulanan bertahap sebesar 400.000 barel per hari (bph).
Sementara itu, Menteri Energi Arab Saudi mengatakan pasar minyak dapat menghadapi periode berbahaya karena berkurangnya investasi dalam eksplorasi dan pengeboran, mengancam akan memangkas produksi minyak mentah sebesar 30 juta barel per hari pada 2030.
Sementara itu, di Amerika Serikat produksi minyak mentah dari cekungan Permian, formasi serpih minyak terbesar AS, diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada Januari, menurut data pemerintah.
Di Eropa, harga gas alam melonjak 11 persen pada Senin (13/12) karena perkiraan yang lebih dingin dan kekhawatiran bahwa pipa gas Nord Stream 2 Gazprom PAO dari Rusia ke Jerman akan tetap ditutup jika Rusia memperbarui agresi terhadap Ukraina.
Pipa itu akan membantu meningkatkan pasokan gas di Eropa di mana stok berada pada tingkat yang sangat rendah di sepanjang tahun ini.
Analis mengatakan harga gas yang lebih tinggi itu akan mendukung permintaan dan harga minyak karena produsen dan pembangkit listrik Eropa beralih dari gas yang langka dan mahal ke minyak untuk bahan bakar fasilitas mereka.
Pedagang juga akan fokus pekan ini pada keputusan kebijakan moneter potensial yang diperkirakan akan diambil oleh Bank Sentral Eropa (ECB), Federal Reserve AS, Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Jepang, termasuk penghentian paket stimulus lebih awal.
Laporan: Redaksi