Militer Israel telah menewaskan 43.020 orang dan korban cedera 101.110 orang sejak konflik Hamas-Israel pecah pada awal Oktober 2023.
Gaza, Palestina (Xinhua/Indonesia Window) – Warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza telah melampaui 43.000 jiwa, demikian disampaikan otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza dalam sebuah pernyataan pada Senin (28/10).
Selama 48 jam terakhir, militer Israel telah menewaskan 96 orang dan melukai 277 lainnya, sehingga total korban tewas mencapai 43.020 orang dan korban cedera 101.110 orang sejak konflik Palestina-Israel pecah pada awal Oktober 2023, imbuh otoritas kesehatan itu.
Sejumlah korban masih terjebak di bawah puing-puing, dan ambulans maupun tim pertahanan sipil belum dapat menjangkau mereka, papar pernyataan itu.
“Saya mengungsi ke Al-Aqsa dengan berjalan kaki. Awalnya kami tidak punya tenda, karena saat kami mengungsi dari Shujaiya, kami tidak dapat membawa apa pun. Seluruh area Shujaiya menjadi sasaran. Selama perang ini, saya menjalani masa-masa terburuk dalam hidup saya karena di sini tidak ada kehidupan. Kami menderita karena miskin serta kekurangan makanan, air, pakaian, dan bahkan tempat tidur yang layak. Kami bersepuluh tidur di atas satu kasur. Anak-anak perempuan hanya menggelar selimut untuk alas tidur. Dan Anda bertanya tentang kehidupan saya selama perang? Tidak ada kehidupan,” tutur pengungsi perempuan Palestina, huda al-Sirsik
Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa pasukannya melanjutkan serangan tertarget di Gaza tengah dan selatan, menewaskan militan bersenjata dan menghancurkan infrastruktur mereka.
Sebelumnya pada Senin yang sama, IDF mengeklaim pihaknya telah menahan sekitar 100 militan dalam sebuah operasi di Rumah Sakit Kamal Adwan di Jabalia, Gaza utara.
Menurut IDF, operasi tersebut dilakukan setelah menerima informasi intelijen yang mengindikasikan bahwa “teroris menyelinap ke dalam rumah sakit,” dan operasi tersebut bertujuan untuk “menggagalkan kegiatan teroris serta menangkap teroris.”
“Kami melarikan diri dari kematian, tetapi itu tidak ada gunanya karena kematian membuntuti kami dari satu tempat ke tempat lain. Saya lolos dari kematian lebih dari satu kali. Sekarang, kami mengandalkan makanan dari organisasi amal. Itulah andalan utama kami,” ucap pengungsi Palestina lainnya, nisma al-Jilda.
Laporan: Redaksi