Jakarta (Indonesia Window) – Larangan Jerman atas ekspor senjata ke Arab Saudi akan kembali dibahas dalam beberapa pekan mendatang karena tenggat waktu terakhir, 31 Desember, semakin dekat, menurut laporan Saudi Gazette yang dikutip di Jakarta, Senin.
Menteri Negara Urusan Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, mengritik larangan ekspor senjata Jerman ke kerajaan itu sebagai Tindakan yang ‘salah’ dan ‘tidak logis’, serta menekankan bahwa mereka tidak membutuhkan peralatan militer Jerman.
Beberapa negara Eropa telah menghentikan penjualan senjata ke Riyadh setelah kampanye militer Arab Saudi di negara tetangga Yaman.
“Ide bahwa penjualan senjata dihentikan ke Arab Saudi karena perang Yaman menurut saya tidak masuk akal,” kata Al-Jubeir.
Sebelum pelarangan tersebut, volume ekspor persenjataan Jerman ke kerajaan mencapai 450 juta euro (550 juta dolar AS) pada kuartal fiskal ketiga tahun 2017, menurut Saudi Gazette mengutip media Jerman Deutsche Welle.
Selama lebih dari lima tahun, Arab Saudi telah memimpin aliansi negara-negara Arab yang berperang melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.
“Kami dapat membeli senjata dari sejumlah negara, dan kami melakukannya, ” kata Al-Jubeir, seraya menegaskan bahwa Arab Saudi tak ingin menekan Jerman dalam hal itu.
“Saya hanya mengatakan orang perlu melihat ini dari perspektif yang seimbang,” ujarnya.
Larangan Jerman atas ekspor senjata akan sekali lagi dibahas sebelum batas waktu 31 Desember.
Koalisi Kanselir Jerman Angela Merkel pada Maret 2018 telah menyetuji untuk melarang pengiriman senjata ke negara mana pun yang terlibat langsung dalam perang Yaman.
Laporan: Raihana Radhwa