Banner

Wawancara – Dari Miftahul Jannah Akbar lahir santri patriotik

Dr. Patrialis Akbar, pendiri dan pembina pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar (MJA) yang berlokasi di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dalam wawancara khusus dengan Indonesia Window, Senin (10/6/2024). (Indonesia Window/Ronald Rangkayo)

Mempelajari Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah Nabi ﷺ akan lahir generasi Muslim yang beradab, yang juga mampu menjadi pemimpin di segala tingkat kehidupan, mulai dari rumah tangga, masyarakat hingga bangsa dan negara.

 

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Meskipun sedikit demi sedikit terkikis, stigma bahwa pondok pesantren terkait dengan ‘teroris dan terorisme’ masih melekat di benak sebagian masyarakat.

Padahal, pondok pesantren merupakan tempat belajar ajaran-ajaran Islam yang mulia, yang kebaikan dan manfaatnya membawa rahmat bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil’alamin).

Dengan mempelajari Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah Nabi ﷺ, diharapkan lahir generasi Muslim yang beradab, yang juga mampu menjadi pemimpin di segala tingkat kehidupan, mulai dari rumah tangga, masyarakat hingga bangsa dan negara.

Banner

Dalam wawancara eksklusif dengan Indonesia Window beberapa waktu lalu, Dr. Patrialis Akbar yang merupakan pendiri dan pembina pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar (MJA) yang berlokasi di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menguraikan visi dan misi lembaga pendidikan tersebut, yang juga memberikan perhatian khusus pada pembentukan karakter kepemimpinan yang mencintai Tanah Air.

“Target pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar tentunya menjadikan para santri menjadi penghafal Al-Qur’an. Tapi tidak hanya sekadar itu, karena kita punya visi agar mereka nantinya juga menjadi pemimpin di Republik ini,” tuturnya.

Dia menambahkan, peluang menjadi pemimpin di Indonesia sangat besar. “Oleh karena itu, di pondok ini kita juga mengajarkan anak-anak kita agar mencintai Tanah Air dan patuh kepada pemimpin yang sah.”

“Saatnya nanti mereka (para santri) memimpin, maka mereka harus menjadi pemimpin yang cinta kepada bangsanya. Makanya salah satu motto kita di sini adalah ‘Nationality in my spirit’,” tutur Dr. Patrialis yang pernah menjabat Menteri Hukum dan HAM RI selama peiode 2009 -2011.

Motto pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar adalah ‘Al-Qur’an in my heart; Science in my mind; Strength in my body; dan Nationality in my spirit’.

Dengan motto dasar itu, lanjutnya, para calon pemimpin masa depan yang lahir dari MJA diharapkan menjadi “pemimpin Qur’ani”. “Ketika mereka memimpin di tengah masyarakat insyaa Allah sukses dalam membangun bangsa dan menciptakan kesejahteraan, serta mampu memperkuat hubungan antarsuku, antarbangsa, dan antarumat beragama di negara ini.”

Banner

“Inilah pemimpin yang hebat,” tegasnya, seraya mengutip ayat Al-Quran Surat Al Hujurat, ayat 13, yang diterjemahkan: ‘Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.’

“Ini keunggulan dari MJA secara spesifik yang kita tawarkan kepada masyarakat. Kita harapkan saat lulus dari sini anak-anak kita sudah menghafal 30 juz Al-Qur’an secara mutqin (hafalan yang mantap dan kuat), yang akan disebar di seluruh Indonesia untuk menjadi mudir (pemimpin) di mana-mana. Insyaa Allah para penghafal Al-Qur’an juga memiliki akhlak yang baik,” ujar Dr. Patrialis.

Terkait dengan stigma negatif yang masih melekat pada pondok pesantren dan para santri, dia menegaskan, “Di sini (Miftahul Jannah Akbar) kita menjamin seutuhnya ini adalah pondok ‘anti-teror’. Di sini kita doktrin anak-anak kita bahwa terorisme adalah suatu perbuatan haram, bahkan kita ajarkan bahwa demonstrasi menentang pemerintah pun tidak boleh karena demonstrasi itu merusak citra pemerintah, dan aksi tersebut pasti mengganggu orang lain.”

Dia menekankan, pondok tahfizh MJA mengajarkan cinta kepada bangsa dan negara, dan membenci teroris dan terorisme karena keduanya bersifat merusak dan menghancurkan.

Karenanya dia berharap agar pemerintah memberi apresiasi dan mendukung segala upaya yang dilakukan oleh pondok-pondok tahfizh dan pondok-pondok pesantren lainnya di Tanah Air dalam mencerdaskan dan membina anak-anak Indonesia menjadi generasi pemimpin yang cerdas, berakhlak mulia, serta cinta pada bangsa dan negaranya.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan