Setelah hampir tiga tahun berjuang melawan keraguan vaksin, politik, dan pandemik global, banyak tenaga kesehatan masyarakat di negara tersebut merasa putus asa dan melepas pekerjaan mereka.
Jakarta (Indonesia Window) – COVID-19, cacar monyet (monkeypox), polio, dan influenza yang diperkirakan akan kembali merebak pada musim gugur tahun ini membebani sistem kesehatan masyarakat Amerika Serikat (AS) yang sebagian besar bergantung pada vaksin untuk mengatasinya, seperti dilaporkan CNN pada Senin (22/8).
“Sementara pemerintah federal akan memfasilitasi penyediaan inokulasi ke negara-negara bagian, sebanyak 2.820 departemen kesehatan negara bagian dan lokal akan menjadi ujung tombak pekerjaan dalam pemberian vaksinasi tersebut, dan sejumlah pakar publik mengatakan bahwa masih belum jelas apakah kantor-kantor itu memiliki pendanaan dan staf yang cukup untuk merampungkan tugas itu,” urai sebuah artikel yang diunggah di situs jejaring CNN.
Setelah hampir tiga tahun berjuang melawan keraguan vaksin, politik, dan pandemik global, banyak tenaga kesehatan masyarakat di negara tersebut merasa putus asa dan melepas pekerjaan mereka. Satu dari empat pemimpin departemen kesehatan mengundurkan diri dari pekerjaan mereka, papar artikel itu.
“Saat ini, lembaga-lembaga yang telah kelelahan itu diminta untuk mengatasi sejumlah ancaman baru seperti cacar monyet tanpa pendanaan tambahan guna menanganinya,” imbuh artikel itu.
Selain itu, keraguan vaksin meningkat di negara tersebut, yang dipicu oleh misinformasi di media sosial, kata CNN, seraya menyatakan bahwa 19 persen warga AS menolak vaksin COVID-19 apa pun.
Sebelumnya, sebuah artikel opini yang diterbitkan di situs jejaring organisasi berita nonprofit AS, Truthout, menyebutkan bahwa cacar monyet menjadi krisis kesehatan global lainnya yang dipicu oleh kelalaian pemerintah Amerika Serikat (AS).
Tiga bulan setelah cacar monyet merebak di AS, pemerintah federal akhirnya menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan.
“Namun, seandainya pemerintah langsung bertindak dengan rasa urgensi, dan segera mendistribusikan vaksin kepada mereka yang paling rentan, maka cacar monyet kemungkinan tidak akan menjadi krisis seperti ini,” kata laporan tersebut.
Ada kelangkaan ekstrem pada pasokan vaksin Jynneos, dan kepanikan massal di kalangan orang-orang yang paling terdampak cacar monyet di negara ini, ujar laporan itu.
Terkadang warga harus menunggu dalam antrean selama berjam-jam, hanya untuk ditolak karena suplai vaksin sudah habis, papar laporan tersebut.
“Kita sudah memiliki alat yang diperlukan untuk mengobati cacar monyet dan mencegah penyebaran penyakit ini. Namun, seperti yang telah kita lihat pada pandemi COVID yang sedang berlangsung, Pemerintah AS jauh lebih mahir dalam mengabaikan orang-orang yang paling rentan ketimbang menawarkan perawatan,” tambah laporan itu.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi