Jakarta (Indonesia Window) – Media dan rekreasi halal adalah dua bidang dalam sektor ekonomi halal yang berpeluang bertahan di tengah pandemik COVID, menurut edisi kedua Buku Panduan Halal berjudul ‘Dubai – Gerbang Global untuk Industri Halal: Panduan Langkah-demi-Langkah’.
Buku panduan itu juga menguraikan sejauh mana sektor halal telah terpengaruh oleh langkah-langkah intensif yang ditujukan untuk memerangi COVID-19, menurut Kantor Berita Uni Emirat Arab (WAM).
Dalam ekonomi halal, sektor yang paling menantang adalah perjalanan, keuangan Islam, dan busana Muslim.
Rantai pasokan makanan juga sangat terganggu selama pandemik tetapi dengan cepat dipenuhi dengan ketahanan dari ekonomi pasar halal yang secara konsisten berfokus untuk membawa rantai pasokan lebih dekat ke rumah dengan berinvestasi dalam produksi dalam negeri atau mencari mitra rantai pasokan regional yang lebih dekat, menurut buku panduan tersebut.
Asisten Direktur Jenderal DAFZA (Otoritas Zona Bebas Bandara Dubai), Amna Lootah, mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, UEA telah meningkatkan upaya yang bertujuan memperluas ekonomi dengan beberapa inisiatif dan rencana pertumbuhan yang telah memastikan sektor halal yang lebih beragam dan dinamis.
Kegiatan semacam itu telah membangun Dubai, dan lebih luas UAE sebagai salah satu business hub (pusat bisnis) terpenting dunia dan memfasilitasi kemajuan berbagai industri termasuk ekonomi syariah di negara ersebut, imbuhnya.
“Investasi di ekonomi halal telah mencatatkan pertumbuhan sebesar 399 persen pada 2018-2019 dengan nilai 1,2 miliar dolar AS (sekira 17.783,4 triliun rupiah),” kata Lootah.
Buku panduan tersebut merinci peluang di sekitar sektor inti ekonomi halal, menguraikan tren dan memberikan wawasan strategis yang akan memperkaya pengetahuan wirausahawan dan perusahaan yang tertarik untuk berinvestasi dalam ekonomi Islam, serta memastikan bahwa sektor ini mampu mempertahankan pertumbuhan dan kemakmuran.
Lebih lanjut Lootah menerangkan, Dubai memiliki lokasi yang ideal di jantung sistem ekonomi Islam regional dan global, dua jam perjalanan melalui udara dari 455 juta konsumen Islam, yang setara dengan 587 miliar dolar AS (sekitar 8.699 triliun rupiah) dari nilai pasar konsumsi halal.
“Emirat Dubai adalah juga pusat perdagangan untuk 57 negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang menyumbang 296 miliar dolar AS (sekitar 4.386,5 triliun rupiah impor halal, menurut laporan 2018,” katanya.
Lootah mengatakan para pemain global terkemuka di seluruh industri mulai berpartisipasi dalam ekonomi halal dengan beberapa kerja sama multinasional seperti Nestlé, Cargill, Hershey’s, BRF, dan Abbott yang secara aktif menggarap peluang makanan halal.
Laporan: Redaksi