Banner

China desak AS agar berhenti manfaatkan Taiwan sebagai alat untuk bendung China

Foto yang diabadikan pada 4 Maret 2024 ini menunjukkan Balai Agung Rakyat di Beijing, ibu kota China. (Xinhua/Liu Xu)

Masalah Taiwan merupakan inti dari kepentingan utama China sekaligus garis merah pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan China-Amerika Serikat.

 

Beijing, China (Xinhua) – Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada Selasa (21/5) mendesak Amerika Serikat (AS) agar sungguh-sungguh mematuhi komitmennya untuk tidak memanfaatkan Taiwan sebagai alat membendung China, dan berhenti merongrong prinsip Satu China.

Pernyataan tersebut disampaikan Wang dalam sebuah konferensi pers harian saat menanggapi pertanyaan soal “ucapan selamat” Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada pemimpin baru daerah Taiwan.

Apa yang telah dilakukan oleh AS secara serius melanggar prinsip Satu China dan tiga komunike bersama China-AS, serta melanggar komitmen politiknya untuk hanya mempertahankan hubungan budaya, komersial, dan hubungan tidak resmi lainnya dengan daerah Taiwan. Hal ini mengirimkan sinyal yang sangat keliru kepada kekuatan separatis “kemerdekaan Taiwan”. China menyesalkan dan menentang hal tersebut, dan telah melayangkan protes keras kepada AS, urai Wang.

Hanya ada satu China di dunia. Taiwan merupakan bagian integral dari wilayah China. Masalah Taiwan merupakan inti dari kepentingan utama China sekaligus garis merah pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan China-AS, demikian kata Wang menekankan.

“China secara tegas menolak segala bentuk interaksi resmi antara Taiwan dan AS serta menolak campur tangan AS terkait urusan Taiwan dalam bentuk apa pun atau dengan alasan apa pun,” tutur jubir tersebut.

China mendesak AS agar segera mengoreksi kesalahannya, bertindak atas komitmen Presiden Joe Biden untuk tidak mendukung “kemerdekaan Taiwan”, “dua China”, atau “satu China, satu Taiwan” serta tidak memanfaatkan Taiwan sebagai alat untuk membendung China, berhenti memanipulasi dan merongrong prinsip Satu China, berhenti mendorong dan mendukung kekuatan separatis “kemerdekaan Taiwan” dalam bentuk apa pun, serta berhenti mengganggu perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, papar Wang.

“Kemerdekaan Taiwan” tidak akan membuahkan hasil apa-apa dan siapa pun yang bersekongkol dan mendukung “kemerdekaan Taiwan” ditakdirkan untuk gagal. Tidak ada campur tangan eksternal yang dapat menghambat tren menuju reunifikasi China. Segala upaya untuk menantang prinsip Satu China serta membahayakan kedaulatan nasional dan integritas wilayah China akan ditanggapi secara tegas oleh China, imbuh Wang.

Baru-baru ini, “departemen luar negeri” Taiwan mengeluarkan sebuah pernyataan yang memprotes kecaman yang dilontarkan China Daratan atas penyuapan yang dilakukan pihak berwenang Taiwan terhadap sejumlah pemimpin dan pejabat Guatemala dengan imbalan dukungan politik.

Menanggapi pertanyaan terkait, Wang menuturkan bahwa fakta-fakta dan bukti mengenai “diplomasi dolar” Partai Progresif Demokratik (Democratic Progressive Party/DPP) Taiwan dengan Guatemala adalah hal yang jelas dan solid.

Mantan presiden Guatemala secara terbuka mengakui bahwa dirinya telah menerima suap dari otoritas Taiwan sebagai imbalan untuk mempertahankan apa yang disebut “hubungan diplomatik” dengan Taiwan, ujar Wang, seraya menambahkan bahwa pada tahun lalu, proyek rumah sakit Taiwan di Guatemala terlilit kasus korupsi. Sejumlah pejabat Guatemala terkait telah dijebloskan ke penjara.

“Ini hanyalah satu contoh dari ‘diplomasi dolar’ pihak berwenang Taiwan. Tidak peduli seberapa marah mereka memprotes atau berupaya menyangkalnya, fakta bahwa mereka mengupayakan dukungan politik lewat ‘diplomasi dolar’ tidak akan berubah,” kata Wang.

Di seluruh dunia, sebanyak 183 negara telah menjalin hubungan diplomatik dengan China. Hal itu membuktikan bahwa upaya ceroboh otoritas DPP dalam mengupayakan “kemerdekaan Taiwan” dan pemisahan diri merupakan hal yang sia-sia dan menyesatkan diri sendiri. Segala hal yang dilakukan oleh otoritas DPP tidak akan menggoyahkan prinsip Satu China, dan tidak akan menghambat tren tak terbendung menuju reunifikasi China, imbuh Wang.

“Kami berharap Guatemala dan segelintir negara lain akan menyadari ke mana arah tren tersebut dan segera membuat keputusan yang tepat,” lanjut Wang.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan