Manusia prasejarah di Asia Timur tidak hanya memakan burung, tetapi juga menggunakan bulu dan cakarnya sebagai hiasan, serta tulang tungkainya untuk membuat berbagai peralatan dan instrumen musik.
Jakarta (Indonesia Window) – Sejumlah ahli paleontologi China mengungkapkan lebih lanjut bagaimana manusia prasejarah di Asia Timur memakan dan memanfaatkan burung, demikian disampaikan Institut Paleontologi dan Paleoantropologi Vertebrata (Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology/IVPP) di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China.
Semakin banyak penemuan arkeologis yang menunjukkan bahwa, sejak awal periode Paleolitikum Tengah, manusia purba telah sepenuhnya memanfaatkan burung. Mereka tidak hanya memakan burung, tetapi juga menggunakan bulu dan cakarnya sebagai hiasan, serta tulang tungkainya untuk membuat berbagai peralatan dan instrumen musik.
Namun, sebagian besar penelitian berfokus pada Eropa dan Asia Barat, dan hanya sedikit yang dilaporkan di China dan bagian lain di Asia Timur, kata IVPP.
Sebuah tim peneliti dari IVPP mengkaji 414 potongan tulang burung yang digali dari situs Shuidonggou di Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia, China barat laut.
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa manusia purba di situs itu berburu burung dengan menggunakan jaring, busur dan anak panah untuk mengambil daging, bulu serta tulangnya.
Bulu burung digunakan sebagai hiasan pribadi untuk menarik perhatian orang lain, sementara tulangnya digunakan untuk membuat peralatan. Perilaku itu mirip dengan manusia purba di Eropa dan Asia Barat pada periode yang sama, ungkap penelitian tersebut.
Penelitian itu menyajikan sebuah kasus regional yang penting untuk studi tentang hubungan antara manusia purba dan burung, papar IVPP.
Penelitian tersebut baru-baru ini dipublikasikan dalam jurnal Archaeological and Anthropological Sciences.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi