Banner

WWF sambut baik peran penting China dalam negosiasi keanekaragaman hayati dan perubahan iklim

Foto dari udara yang diabadikan menggunakan ‘drone’ pada 13 Agustus 2024 ini menunjukkan sebuah taman lahan basah di wilayah Weishan yang terletak di Kota Jining, Provinsi Shandong, China timur. (Xinhua/Guo Xulei)

Living Planet Report WWF memperingatkan adanya bencana penurunan rata-rata 73 persen populasi satwa liar bertulang belakang (mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan) dari 1970 hingga 2020.

 

Jenewa, Swiss (Xinhua/Indonesia Window) – China memainkan peran penting dalam negosiasi keanekaragaman hayati dan perubahan iklim global, ungkap Kirsten Schuijt, direktur jenderal World Wide Fund for Nature (WWF) International, kepada Xinhua dalam sebuah wawancara virtual baru-baru ini.

“Kami membutuhkan peran kepemimpinan dari China untuk ke depannya,” kata dia. “Kami tahu bahwa mereka serius tentang hal itu.”

Dalam Living Planet Report terbarunya, WWF memperingatkan adanya bencana penurunan rata-rata 73 persen populasi satwa liar bertulang belakang (mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan) dari 1970 hingga 2020. Dunia mendekati titik kritis yang berbahaya dan tidak dapat dipulihkan yang disebabkan oleh kerusakan alam dan perubahan iklim.

“Alam sedang mengeluarkan panggilan darurat. Krisis yang berkaitan dengan hilangnya alam dan perubahan iklim mendorong satwa liar dan ekosistem melampaui batas kemampuan mereka,” sebut Schuijt, seraya menambahkan bahwa keanekaragaman hayati dan perubahan iklim merupakan “dua sisi dari koin yang sama.”

Banner

Pakar tersebut menyerukan upaya internasional untuk mengatasi krisis iklim dan alam. “Kita memiliki kesepakatan global, sekarang kita membutuhkan tindakan dari semua orang. Ini bukan hanya urusan WWF atau pemerintah. Kita membutuhkan tindakan dari berbagai perusahaan dan bisnis, dan kita membutuhkan tindakan dari para konsumen serta semua orang.”

Schuijt juga menyoroti peran utama China dalam mempromosikan Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal selama masa kepresidenannya dalam pertemuan ke-15 Konferensi Para Pihak (COP15), yang bertujuan untuk membalikkan hilangnya keanekaragaman hayati di seluruh dunia.

Setelah proses konsultasi dan negosiasi selama empat tahun, Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal diadopsi dalam COP15 yang digelar pada 2022.

“China telah menunjukkan kepemimpinan mereka dalam protokol Kunming-Montreal. Pemerintah China memainkan sebuah peran penting dalam membawa kami melewati garis finis,” sebut pakar itu.

“WWF menyambut baik ambisi pemerintah China yang berdiri bersama organisasi seperti WWF untuk benar-benar mempercepat mitigasi emisi karbon dioksida (CO2) secara nasional karena hal tersebut berdampak secara global,” katanya.

Pemerintah China telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk mengurangi emisi CO2 dan meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati, papar Schuijt. “Kita harus memberikan China (kesempatan) untuk memainkan peran kepemimpinan tersebut secara global bersama kita.”

Banner

Menantikan COP29 mendatang, yang dijadwalkan dimulai pada 11-22 November di Baku, Azerbaijan, Schuijt mengatakan bahwa dia berharap dapat melihat tercapainya kesepakatan mengenai tujuan pendanaan iklim yang baru dan ambisius guna memenuhi kebutuhan mitigasi serta adaptasi negara-negara berkembang.

“Ada banyak pembicaraan mengenai pendanaan untuk mengatasi kesenjangan iklim dan keanekaragaman hayati,” ujar Schuijt. “Ini bukan hanya tentang mencari pendanaan baru. Ini juga tentang mengarahkan semua miliaran dolar yang memicu krisis alam maupun iklim ke proyek-proyek dan program yang positif bagi alam.”

Penulis: Martina Fuchs

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan