Jakarta (Indonesia Window) – Ketua Dewan Pembina Yayasan Harapan Kita Soehardjo Soebardi menyatakan bersyukur terkait banyaknya buku tentang Presiden ke-2 Republik Indonesia HM Soeharto atau juga dikenal dengan sapaan Pak Harto, yang ditulis oleh para peneliti, baik di dalam maupun di luar negeri.
“Dari data yang ada, lebih dari 250 buku menyangkut Pak Harto telah ditulis para peneliti dan akademisi Indonesia maupun asing. Artinya, tidak mungkin ada seorang tokoh menjadi bahan penelitian jika orang itu tidak berprestasi dan tak punya legasi yang diturunkan kepada anak bangsa,” katanya di Jakarta, Sabtu (11/12).
Ketua Dewan Pembina Yayasan Harapan Kita mengemukakan keterangan tersebut ketika meluncurkan buku berjudul ‘Legasi Pak Harto’ karya Dr. Mahpudi serta membuka diskusi tentang buku tersebut dalam rangkaian Indonesia International Book Fair (IIBF) 2021 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan Jakarta.
Diskusi tentang konten buku itu sendiri menghadirkan Dr. Effendi Gazali (Pakar Komunikasi), Dr. Anthony Budiawan (Pakar Ekonomi lulusan Universitas Erasmus Belanda), dan Haryo Putra Nugroho Wibowo (cicit Pak Harto sekaligus Chairman Perusahaan Hatra Group).
Acara itu juga dihadiri oleh para alumni penerima Beasiswa Supersemar, Direktur Pemberitaan LKBN ANTARA 2016 Aat Surya Safaat, Ketua Yayasan Sekolah Trilogi Prof. Arissetyanto Nugroho, dan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta.
Soehardjo lebih lanjut menjelaskan, buku adalah jendela dunia dan sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ia menyampaikan ucapan terimakasih kepada IKAPI yang telah berhasil menyelenggarakan pameran buku, termasuk buku tentang Pak Harto di tengah pandemi COVID-19.
Ia juga mengemukakan, legasi atau warisan immaterial dari Presiden Soeharto antara lain berupa kebijakan tentang SD Inpres pada 1970-an, dimana legasi dimaksud telah mengantarkan seorang ekonom dunia warga negara Amerika bernama Esther Duflo meraih Nobel Ekonomi.
Hasil penelitian Esther Duflo antara lain menyebutkan, kebijakan pengembangan SD Inpres merupakan pendekatan baru sebuah negara berkembang untuk memajukan anak bangsanya dalam mewujudkan kesejahteraan.
Sementara itu pakar komunikasi Effendi Gazali dalam diskusi atau bedah buku ‘Legasi Pak Harto’ itu antara mengemukakan bahwa Pak Harto adalah pemimpin yang berwibawa serta disegani di dunia internasional.
“Di zaman Pak Harto, tidak ada negara ASEAN yang berani mengklaim produk-produk Indonesia sebagai produk negara-negara yang bersangkutan. Mengapa? Karena Pak Harto mempunyai wibawa di tingkat ASEAN maupun di tingkat global,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, pakar ekonomi Dr. Anthony Budiawan yang saat ini menjabat sebagai Direktur Political Economic and Policy Studies (PEPS) Kwik Kian Gie School of Business juga mengapresiasi prestasi Pak Harto.
Menurut dia, prestasi pak Harto yang dicatat dunia bukan hanya mendirikan sebanyak 999 masjid, tetapi juga keberhasilannya menurunkan tingkat inflasi, dari 650 persen hingga berangsur-angsur turun sampai di bawah 10 persen.
“Presiden Soekarno nampaknya mengerti siapa orang yang dapat memulihkan ekonomi. Karenanya ia menunjuk Soeharto untuk memimpin Indonesia,” katanya.
Sebelumnya, pengusaha muda Haryo Putra Wibowo banyak menyampaikan pengalaman pribadi sebagai cicit Pak Harto yang sedikit banyak telah berdialog dan menimba ilmu dari kakeknya itu.
Selain bedah buku Legasi Pak Harto, IIBF di JCC Senayan Jakarta itu juga menggelar stand khusus berbagai buku tentang Pak Harto bertajuk ‘All About Soeharto’, baik dalam bentuk buku cetak maupun digital.
Pameran buku khusus itu diharapkan semakin menumbuhkan semangat literasi di Indonesia, tidak terkecuali semangat literasi tentang berbagai warisan Pak Harto selaku Presiden ke-2 RI.
Laporan: Redaksi