Menurut laporan dari Program Gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS), tambahan sekitar 1,5 juta kasus infeksi HIV tercatat pada 2021, lebih dari satu juta lebih banyak dibanding target global.
Jakarta (Indonesia Window) – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Senin (1/8) mengatakan bahwa krisis tumpang-tindih kesehatan yang melibatkan COVID-19, inflasi, dan pemangkasan bantuan asing oleh negara-negara kaya mendorong terjadinya kesenjangan dalam hal kesehatan serta mengganggu layanan kesehatan.
Saat menyampaikan pidato utama melalui video pada sesi health equity for all atau ‘kesetaraan kesehatan untuk semua’ dalam Konferensi AIDS Internasional ke-24 atau AIDS 2022 yang digelar di Montreal, Kanada, Tedros mengatakan kesenjangan yang kian melebar dapat membuat kemajuan yang dicapai dalam perang melawan HIV selama satu dekade sia-sia.
Di hampir semua negara, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin semakin melebar dan krisis tumpang-tindih kesehatan hingga biaya hidup global membuat semakin banyak orang terperosok ke dalam kemiskinan, paparnya.
“Akses ke instrumen pencegahan yang dapat menyelamatkan nyawa, pengujian, serta pengobatan, baik untuk HIV, COVID-19, dan kini cacar monyet (monkeypox), sering kali bergantung pada hal-hal yang tidak dapat dikendalikan, seperti tempat Anda dilahirkan, warna kulit Anda, dan seberapa besar pendapatan Anda,” ujar Tedros.
Dia menyerukan agar negara-negara pemberi donor tetap melakukan pendanaan bagi kesehatan global.
Para pemimpin komunitas HIV global memperingatkan bahwa dunia sedang mengalami kemunduran terkait HIV. Menurut laporan dari Program Gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS), tambahan sekitar 1,5 juta kasus infeksi HIV tercatat pada 2021, lebih dari satu juta lebih banyak dibanding target global.
Laporan UNAIDS ini juga menunjukkan bahwa jumlah orang yang menjalani pengobatan HIV mengalami peningkatan yang lebih lambat pada 2021 dibanding peningkatan yang dialami selama lebih dari satu dekade.
Konferensi AIDS Internasional yang diselenggarakan oleh International AIDS Society (IAS) atau Masyarakat AIDS Internasional adalah pertemuan paling penting di dunia bagi orang-orang yang hidup dengan dan terpengaruh oleh HIV dan semua orang yang berupaya mengatasi epidemi HIV.
Lebih dari 9.500 partisipan luring (luar jaringan) dan hampir 2.000 partisipan daring (dalam jaringan) terdaftar untuk mengikuti Konferensi AIDS 2022 yang diselenggarakan dalam dua format tersebut.
Ajang tersebut digelar mulai 29 Juli hingga 2 Agustus di Kota Montreal, Kanada, dengan tema Re-Engage and Follow the Science atau ‘Kembali Terlibat dan Ikuti Ilmu Pengetahuan.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi