Layanan masyarakat di Australia hadapi lonjakan permintaan di tengah tingginya biaya hidup, dengan layanan perumahan dan tunawisma secara khusus mengalami beban tinggi.
Sydney, Australia (Xinhua) – Layanan masyarakat di Australia sedang menghadapi lonjakan permintaan pada Natal tahun ini di tengah tingginya biaya hidup saat ini, kata sebuah laporan yang dirilis pada Rabu (14/12).
Laporan yang bertajuk ‘Membantu masyarakat yang membutuhkan di tengah krisis biaya hidup’ yang dirilis oleh Dewan Layanan Sosial Australia (Australian Council of Social Service/ACOSS) itu didasarkan pada sebuah survei yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Sosial di Universitas New South Wales pada September lalu.
Laporan itu menemukan bahwa hanya 3 persen dari 1.470 organisasi yang disurvei menyampaikan layanan utama mereka selalu dapat memenuhi permintaan.
Layanan perumahan dan tunawisma secara khusus mengalami beban tinggi. Tidak satu pun dari 180 layanan dalam survei itu yang mengatakan mereka “selalu” dapat memenuhi permintaan, dan satu dari 10 layanan mengatakan tidak pernah dapat memenuhi permintaan, menurut laporan itu.
Sekitar 66 persen organisasi yang disurvei melaporkan peningkatan permintaan pada 2022, termasuk 85 persen dari organisasi yang memberikan dukungan keuangan, hukum, dan darurat, serta 80 persen dari layanan yang menyediakan layanan kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga.
“Jelas bahwa layanan masyarakat sedang mengalami sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tekanan keuangan yang semakin intens dan bencana benar-benar berdampak pada warga dan terlalu membebani para penyedia pada Natal tahun ini,” urai Edwina MacDonald, salah satu Wakil CEO ACOSS.
“Seiring dengan makin banyaknya warga yang mencari bantuan, layanan masyarakat menghadapi kenaikan biaya operasional dan kekurangan staf, sehingga kian membatasi kemampuan mereka dalam membantu masyarakat.”
Australia mengalami delapan kali kenaikan suku bunga secara berturut-turut pada tahun ini, dan data terbaru dari Biro Statistik Australia menunjukkan bahwa inflasi tahunan di negara itu mencapai 7,3 persen, rekor tertinggi dalam 32 tahun.
Laporan juga menemukan bahwa bencana alam, seperti banjir dan dampak COVID-19 yang masih berlangsung, berkontribusi terhadap kenaikan permintaan dan tekanan pada layanan masyarakat, seiring melonjaknya kebutuhan perumahan darurat dan dukungan kesehatan mental.
Laporan: Redaksi