Banner

Larangan menangkap ikan di Sungai Yangtze berlaku

Foto yang diabadikan pada 11 Januari 2023 ini menunjukkan Wang Chaosheng sedang menjaring ikan di kolam miliknya di wilayah Sinan, Provinsi Guizhou, China barat daya. (Xinhua/Wang Jun)

Larangan menangkap ikan selama 10 tahun yang berlaku mulai 1 Januari 2021 di perairan utama Sungai Yangtze, bertujuan untuk konservasi ekologi dan pembangunan hijau.

 

Guiyang, China (Xinhua) – Selama liburan Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek yang baru saja berakhir, Wang Chaosheng sibuk memelihara ikan karena kolam-kolamnya mendapatkan benih ikan baru. Wang pun senang menyaksikan bisnis barunya berkembang.

Tinggal di wilayah Sinan, Provinsi Guizhou China barat daya, mantan nelayan berusia 60 tahun itu sudah 27 tahun menangkap ikan di Sungai Wujiang, anak sungai dari hulu Sungai Yangtze, ‘sungai induk’ China.

Di daerah pedesaan, sebagian besar penduduk desa dulunya mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Namun bagi Wang, sebagian besar pendapatan keluarganya berasal dari menangkap ikan.

Setelah Wang selesai menangkap ikan, ikan liar segar habis terjual dengan cepat di desa jika hasil tangkapannya tak banyak. Jika Wang membawa pulang hasil tangkapan besar, dia harus membawa ikan-ikan itu ke kota dan menjualnya.

Banner

Terampil menangkap ikan serta giat bekerja siang dan malam kala masih muda, Wang dapat menghasilkan maksimal 300.000 hingga 400.000 yuan setahun dengan pendapatan harian maksimal 10.000 yuan.

Banyak hal telah berubah seiring larangan menangkap ikan selama 10 tahun yang berlaku mulai 1 Januari 2021 di perairan utama Sungai Yangtze, yang bertujuan untuk konservasi ekologi dan pembangunan hijau. Sungai Wujiang mengalir melewati hampir separuh area kota di wilayah Sinan. Sebelum larangan tersebut berlaku, wilayah Sinan mulai mengambil sejumlah langkah untuk melindungi kesejahteraan nelayan.

Menurut departemen perikanan setempat, sejak 2019 sebanyak 121 keluarga nelayan meninggalkan profesi mereka, dengan sebagian besar beralih ke budi daya ikan ekologis.

Sejak saat itu, Wang memulai bisnis barunya, menyewa lahan seluas lebih dari 0,6 hektare untuk membangun kolam untuk memelihara ikan. Mantan nelayan itu kini memelihara tiga kolam yang dihuni oleh empat hingga lima spesies ikan, seperti ikan koan (grass carp) dan lele.

Meski Wang merindukan masa-masa menangkap ikan, dia dapat menerima situasinya karena hal itu “membantu melindungi lingkungan” sekaligus memberinya “pekerjaan yang mapan.”

Departemen perikanan wilayah Sinan menyediakan benih ikan bermutu tinggi bagi para nelayan yang beralih profesi dan membangun saluran penjualan untuk membantu mereka menjual ikan segar sebagai mata pencaharian.

Banner

Setiap pagi dan sore, Wang pergi ke kolam untuk menabur rumput untuk memberi makan ikan. Mata air pegunungan alami mengalir ke kolam ikan, menciptakan lingkungan alami bagi makhluk-makhluk itu.

Untuk memastikan bahwa budi daya ikan terus menghasilkan keuntungan, tim teknisi departemen perikanan wilayah Sinan kerap berkunjung ke desa dan memberikan bantuan tentang budi daya ikan, penggantian air, dan pencegahan penyakit terkait.

Karena kualitas ikannya yang tinggi, kolam-kolam ikan Wang menarik minat sejumlah penggemar kegiatan memancing. Tanpa dipungut biaya, wisatawan yang datang ke kolam Wang hanya perlu membeli ikan yang dikail sesuai harga aktual, yaitu sekitar 20 hingga 100 yuan per kilogram.

“Dulu saya menangkap ikan, dan kini saya memelihara ikan. Saya masih melakukan pekerjaan saya,” ujar Wang sambil tersenyum.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan