Banner

Hamas sebut kesepakatan sandera mungkin tercapai jika Israel tidak tetapkan syarat baru

Orang-orang terlihat di dalam sebuah bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi al-Nuseirat, Jalur Gaza tengah, pada 16 Desember 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan mungkin terjadi jika Israel berhenti menetapkan syarat baru.

 

Gaza/Yerusalem, Wilayah Palestina yang diduduki (Xinhua/Indonesia Window) – Hamas pada Selasa (17/12) mengatakan bahwa mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan mungkin terjadi jika Israel berhenti menetapkan syarat baru.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyebut diskusi mengenai gencatan senjata di Doha, Qatar, yang berlangsung pada Selasa di bawah pengawasan mediator Qatar dan Mesir sebagai “serius dan positif.”

Dalam beberapa pekan terakhir, perundingan tidak langsung ini mendapatkan momentum untuk menghentikan pertempuran antara Hamas dan Israel yang telah berlangsung selama lebih dari 14 bulan.

Sebelumnya pada hari yang sama, sejumlah media melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di Kairo untuk melakukan kesepakatan gencatan senjata untuk sandera, yang kemudian dibantah oleh juru bicara Netanyahu.

Banner

Kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan resmi yang mengatakan bahwa dia mengunjungi Gunung Hermon, dekat zona penyangga tempat pasukan Israel merebut pos terdepan Suriah sebelumnya.

Kesepakatan gencatan senjata
Seorang anggota pertahanan sipil Palestina memeriksa gedung kota yang hancur pascaserangan udara Israel di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, pada 14 Desember 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Mesir dan Qatar, dengan partisipasi Amerika Serikat (AS), berupaya memediasi kesepakatan untuk mengakhiri perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, setelah Hamas melancarkan serangan ke Israel selatan yang merenggut nyawa sekitar 1.200 orang.

Israel merespons dengan serangan udara dan darat besar-besaran di Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan