Banner

Telaah – Tarif perdagangan Trump picu kekhawatiran pasar, resahkan bisnis dan konsumen

Seorang pelanggan berbelanja di gerai Target di Rosemead, Los Angeles County, California, Amerika Serikat, pada 4 Maret 2025. (Xinhua/Zeng Hui)

Kenaikan tarif AS diperkirakan akan melambungkan harga-harga, sementara sasaran Trump untuk beralih ke produksi dalam negeri hampir tidak mungkin tercapai dalam waktu dekat.

 

Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Alih-alih membawa dampak positif, kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump justru menimbulkan kekhawatiran bagi pasar modal, bisnis, dan konsumen.

Perubahan kebijakan ekonomi Gedung Putih yang intensif dan drastis sejak Trump menjabat menyasar negara-negara tetangga terdekatnya (Kanada dan Meksiko), Eropa, dan China. Trump juga mengenakan tarif sebesar 25 persen untuk impor baja dan aluminium.

Langkah yang diambil oleh Trump telah memicu kenaikan tarif balasan langsung dan tindakan balasan lainnya, yang mengakibatkan kekacauan pada lanskap ekonomi global. Istilah ‘Trumpcession’ diciptakan untuk memperingatkan soal konsekuensinya.

Akankah kebijakan tarif Trump membantu menstimulasi pertumbuhan ekonomi AS atau justru sebaliknya? Sebelumnya pada bulan ini, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan bahwa ekonomi AS mungkin melambat selama masa transisi yang dia gambarkan sebagai “periode detoksifikasi” sebelum keuntungan jangka panjang. Pada Ahad (16/3), Bessent mengungkapkan kepada NBC News bahwa “tidak ada jaminan” bahwa resesi tidak akan terjadi di AS selama masa jabatan empat tahun Trump.

Banner

Sementara itu, Bessent menyebut volatilitas di pasar saham baru-baru ini sebagai penyesuaian yang sehat. Namun, pasar modal mengikuti aturannya sendiri. Saham di Wall Street mencatat penurunan tajam selama beberapa sesi beruntun, mengindikasikan menurunnya kepercayaan investor dan meningkatnya kekhawatiran tentang prospek ekonomi.

Data awal menunjukkan bahwa Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan untuk AS anjlok ke angka 57,9 pada Maret, terendah sejak November 2022 di tengah meningkatnya inflasi, yang sebagian ditandai oleh lonjakan harga telur yang berkelanjutan.

Seorang pelanggan meninggalkan di gerai Target di Rosemead, Los Angeles County, California, Amerika Serikat, pada 4 Maret 2025. (Xinhua/Zeng Hui)

Menurut pendapat Martin Wolf, kepala komentator ekonomi di surat kabar Financial Times, kenaikan tarif AS diperkirakan akan melambungkan harga-harga, sementara sasaran Trump untuk beralih ke produksi dalam negeri hampir tidak mungkin tercapai dalam waktu dekat.

Selain itu, tarif balasan yang diberlakukan oleh negara-negara lain menyebabkan hilangnya keuntungan pasar luar negeri bagi perusahaan-perusahaan AS dan hilangnya lapangan kerja di dalam negeri, yang membuat para petani di AS harus menanggung beban terberat, menurut analisis terbaru The New York Times.

Ketidakpastian ekonomi global

Survei gabungan yang dilakukan Financial Times terhadap 49 ekonom memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan berada di angka 1,6 persen pada 2025, turun dari 2,3 persen yang dilaporkan pada Desember. Survei tersebut juga mengungkap bahwa hampir semua responden setuju bahwa ketidakpastian kebijakan ekonomi AS akan menekan laju pertumbuhan akibat terjadinya penurunan pada belanja konsumen dan perusahaan.

Banner

Dalam arti yang lebih luas, kebijakan tarif Trump menciptakan hambatan perdagangan serta ketidakpastian yang sangat besar yang mengganggu operasi sistem perdagangan multilateral dan perekonomian global, kata para pakar.

Pada Senin (17/3), laporan prospek yang dirilis oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Co-operation and Development/OECD) merevisi pertumbuhan global turun ke angka 3,1 persen untuk 2025 dan 3,0 persen untuk 2026 dari proyeksi yang dikeluarkan pada Desember lalu. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa meningkatnya hambatan perdagangan dan ketidakpastian dalam kebijakan pemerintah sebagai faktor penyebab utama.

Foto yang diabadikan menggunakan ponsel pada 7 Februari 2025 ini menunjukkan sebuah label harga di rak telur di sebuah pasar swalayan lokal di El Monte, Los Angeles County, California, Amerika Serikat. (Xinhua/Zeng Hui)

Kebijakan Trump yang radikal dan agresif menimbulkan risiko tidak hanya bagi perekonomian AS, tetapi juga bagi perekonomian global secara keseluruhan, kata ekonom peraih Nobel Joseph Stiglitz kepada surat kabar bisnis Jerman HandelsBlatt yang diterbitkan pekan lalu.

Dia memperingatkan bahwa Trump akan membawa AS ke dalam “stagflasi yang menghancurkan.”

Skenario terkini dalam perdagangan dan perekonomian global telah mendorong pembicaraan tentang Depresi Besar (Great Depression) yang terjadi pada 1930-an di media.

“Resesi? Jika Trump meneruskan rencana tarifnya… kita mungkin akan berbicara tentang depresi yang menyaingi depresi pada 1930-an. Undang-Undang Tarif Smoot-Hawley secara luas dianggap sebagai penyebab Depresi Besar, dan Trump merencanakan hal yang lebih buruk,” demikian bunyi komentar terbaru yang ditinggalkan oleh seorang pembaca Kanada di situs web The New York Times.

Banner

Undang-undang yang disahkan pada Juni 1930 itu meningkatkan tarif AS terhadap barang impor pertanian dan lebih dari 20.000 barang impor, memperburuk krisis ekonomi dan mengganggu perdagangan global dalam depresi selama satu dekade yang dimulai pada 1929.

Oleh penulis Xinhua: Qu Junya, Wang Zongnan

Selesai

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan