Banner

Kekerasan senjata api berkepanjangan di AS berdampak sangat buruk bagi kehidupan warganya

Senjata api dipamerkan di Dallas Gun Show yang digelar di Parker, sebuah kota pinggiran Dallas di Texas, Amerika Serikat, pada 22 Januari 2022. (Xinhua/Lin Li)

Kekerasan senjata api berkepanjangan di Amerika Serikat (AS) meninggalkan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan manusia.

 

Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Kekerasan senjata api berkepanjangan di Amerika Serikat (AS) meninggalkan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan manusia.

Menurut data Gun Violence Archive baru-baru ini, setidaknya 655 kasus penembakan massal terjadi di AS sepanjang 2023. Kekerasan senjata api juga telah merenggut lebih dari 43.000 nyawa.

Data menunjukkan bahwa semua jenis kekerasan dengan senjata api di AS mengalami peningkatan.

Menurut laporan survei yang dirilis di situs jejaring Pew Research Center pada 28 Juni 2023, kekerasan senjata api diakui secara luas sebagai masalah nasional yang utama dan terus meningkat, dengan 58 persen responden mendukung undang-undang pengendalian senjata api yang lebih ketat dan lebih dari 60 persen orang dewasa di AS meyakini bahwa kekerasan senjata api merupakan masalah utama nasional yang dihadapi AS saat ini.

Komite Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyerukan kepada pemerintah AS untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna secara efektif melindungi hak hidup masyarakat dan mencegah serta mengurangi insiden kekerasan senjata api.

Meski demikian, para politisi AS justru mengabaikan seruan masyarakat internasional dan publik di dalam negeri yang menyuarakan pengendalian senjata api yang lebih ketat, hanya demi uang dan kepentingan politik.

Raksasa manufaktur senjata AS, Smith & Wesson Brands, pada 2021 meraup setidaknya 125 juta dolar AS dari hasil penjualan senapan serbu (assault-style rifle) saja. Ini adalah model senjata yang kerap digunakan dalam aksi penembakan massal.

Bahkan sekalipun dihadapkan pada tingginya frekuensi penembakan massal, kecil kemungkinan akan ada konsensus baru untuk memberlakukan langkah-langkah pengendalian senjata api yang spesifik di negara itu.

Seorang kolumnis Al Jazeera, Belen Fernandez, berpendapat dalam artikelnya yang bertajuk ‘Kekerasan senjata api di AS: Kapitalisme merupakan biang keladinya’ (U.S. gun violence: Capitalism is the culprit) bahwa AS “sepenuhnya menitikberatkan prinsip mengutamakan laba daripada manusia.”

Masalah kekerasan senjata api yang berlarut-larut pada akhirnya meninggalkan dampak yang sangat buruk pada kehidupan masyarakat biasa.

*1 dolar AS = 15.579 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan