Banner

Kedai kopi di Chongqing China padukan cita rasa kopi dengan budaya lokal

Seorang staf membuat kopi di sebuah kompleks komersial yang dibangun kembali dari sebuah bangunan tua di Distrik Yuzhong, Chongqing, China barat daya, pada 6 Oktober 2022. (Xinhua/Tang Yi)

Kedai kopi di Chongqing China mencoba untuk memadukan cita rasa kopi dengan budaya lokal mereka, salah satunya adalah dengan menyediakan jenis kopi bernama Hotpot Base yang dibuat dengan memanggang dua jenis biji kopi dari Kosta Rika dan Kolombia untuk menciptakan rasa pedas dan kebas yang mirip dengan rasa hotpot Chongqing.

 

Chongqing, China (Xinhua) – Saat kopi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak anak muda di China, kedai-kedai kopi independen yang berjamuran di Kota Chongqing, China barat daya, tidak hanya menawarkan kopi berkualitas dari seluruh dunia kepada para pelanggan, tetapi juga mencoba untuk memadukan cita rasa kopi dengan budaya lokal mereka.

Alih-alih kombinasi kopi dan sandwich yang umum, kedai kopi di Chongqing secara kreatif menjadikan kopi sebagai pendamping makanan lokalnya yang populer, yakni Mi Pedas Chongqing, atau Xiao Mian.

Di Distrik Yuzhong, terdapat sebuah kedai kopi bernama Miankaka yang sepenuhnya menunjukkan peleburan budaya. Terletak di zona pedestrian yang berpusat di sekitar Kuil Luohan, kedai kopi ini menawarkan perpaduan hiruk pikuknya kehidupan dan ajaran Buddhis yang tenang.

Di dalam kedai tersebut, menunya juga memadukan mi dan kopi ke dalam beberapa paket yang berbeda, seperti paket seharga 22 yuan yang berisi Mi Pedas Chongqing, kopi Americano, dan satu telur goreng.

Banner

“Kedai ini memahami anak muda. Xiao Mian dan kopi merupakan makanan dan minuman yang biasa dinikmati dalam kehidupan kita sehari-hari. Saya sangat senang dapat menemukan keduanya dalam satu kedai,” ujar Song Ning, seorang pelanggan berusia 26 tahun.

Selain kombinasi menu yang kreatif, kedai kopi lain juga berkonsentrasi pada rasa kopi itu sendiri, menyesuaikan kopi dengan preferensi masyarakat setempat.

“Sama seperti teh China yang bisa dibuat dengan cara berbeda di negara lain, produk asing seperti kopi juga bisa memiliki cita rasa lokal,” ujar Long Ye (30), seorang pendiri sebuah kedai kopi lokal bernama Wuyinmen.

Long membuka kedai kopinya pada 2018, menjadikannya salah satu kedai kopi independen paling awal di Chongqing, dan mulanya menimbulkan banyak kesalahpahaman, lantaran kedai itu terletak di lingkungan lama yang dihuni oleh banyak warga lanjut usia (lansia).

“Karena saya menggunakan dekorasi ala China, orang-orang cenderung menganggap ini kedai teh alih-alih kedai kopi. Namun, ini juga tujuan saya, membuka kafe dengan menggunakan gaya khas China,” tutur Long. Dia secara kreatif menggunakan cangkir teh dengan tutup dan lepek untuk mengisi kopi dan meluncurkan campuran khusus yang memadukan kopi dengan rasa lada dan teh Sichuan.

Mengenakan busana khas Tao dan mengikat rambutnya menjadi sanggul dengan jepit rambut untuk menjaganya agar tetap rapi, Long berbicara dengan nada sangat lembut dan memancarkan aura Zen yang juga dia coba resapkan ke dalam kopinya. “Bagi saya, kopi adalah minuman yang dapat membuat fisik dan mental Anda nyaman. Oleh karena itu, saya berharap pelanggan saya juga dapat menemukan ketenangan saat mereka menyeruput kopi saya.”

Banner

Long menambahkan bahwa saat ini semakin banyak pelanggan yang mengembangkan kecintaan terhadap kopi dan mengetahui banyak tentang kualitas kopi. Pada saat yang sama, jumlah kedai kopi meningkat secara signifikan di Chongqing. Terdapat 4.000 kedai kopi di Chongqing pada 2021, menurut Tan Hua, kepala kamar dagang pemanggangan kopi di Distrik Yuzhong.

Di lokasi penyelenggaraan Festival Kopi Internasional Chongqing 2023, jenis kopi bernama Hotpot Base mendapat banyak perhatian pengunjung. “Kami memanggang dua jenis biji kopi, dari Kosta Rika dan Kolombia, untuk menciptakan rasa pedas dan kebas yang mirip dengan rasa hotpot Chongqing,” jelas Liu Bo, seorang mantan atlet bola basket berusia 27 tahun yang mengelola sebuah kedai kopi bernama Jisui.

Selain cita rasa yang istimewa, Liu juga memasang perangkat tuangnya di atas sebuah sepeda motor, simbol lain dari kota pegunungan ini, yang memperkuat nuansa lokalnya yang unik. “Kedai kopi, dalam pemahaman saya, seperti museum spiritual. Kini jika saya bepergian, kedai kopi adalah pemberhentian pertama saya di kota itu. Jadi saya berharap kedai kopi saya juga dapat mencerminkan elemen inti kota ini,” lanjut Liu.

Zhou Hui, seorang wisatawan berusia 32 tahun asal Shanghai, yang sering dijuluki sebagai ibu kota kopi China, memiliki pemikiran yang sama dengan Liu. Dengan mengunjungi beberapa kedai kopi di Chongqing dan menghadiri festival kopi, Zhou kagum dengan budaya kopi Chongqing.

“Semuanya luar biasa. Budaya kopinya mirip dengan yang pernah kami coba di Shanghai,” imbuh Zhou.

*1 yuan = 2.131 rupiah

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan