Keberagaman gaya pesta pernikahan mencerminkan perubahan pola pikir generasi muda, yang mengutamakan kehidupan rendah karbon dan menolak kemewahan, dan tren ini mencerminkan kemajuan dan perkembangan masyarakat.
Yinchuan, China (Xinhua) – Di tengah tepuk tangan meriah, Wang Lan, seorang pengantin wanita berusia 28 tahun, berjalan ke atas panggung sambil bergandengan tangan dengan suaminya, menerima berkat tidak hanya dari keluarga dan teman, tetapi juga dari orang asing.
Momen-momen penuh kebahagiaan itu terjadi dalam sebuah pernikahan massal, dengan 10 pasangan pengantin baru lainnya juga tampil di panggung.
“Berbagi hari istimewa ini dengan begitu banyak pasangan lain benar-benar melipatgandakan kebahagiaan kami,” kata Wang, yang berasal dari wilayah Haiyuan di Kota Zhongwei, Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia, China barat laut. Dia mengenakan gaun merah yang cantik dan gaya rambut updo dengan hiasan bunga yang sederhana namun elegan, menyerupai gaya yang populer di China pada era 1980-an dan 1990an.
Karena pengucapan tanggal 20 Mei terdengar mirip dengan pengucapan kalimat “aku mencintaimu” dalam bahasa Mandarin, banyak orang memilih tanggal tersebut untuk menyatakan cintanya dan menikah. Acara pernikahan massal diadakan di seluruh China pada hari itu, termasuk pernikahan massal China bergaya retro yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah di Ningxia, dan di beberapa provinsi termasuk Jiangsu, Hunan, dan Shandong.
“Tahun lalu, wilayah ini menyelenggarakan acara pernikahan massal untuk pasangan muda, dan saya adalah salah satu penontonnya,” tutur Wang, seraya menambahkan bahwa ketika dia mengetahui ada peluang lain tahun ini, dia segera mendaftar karena yakin bahwa inilah gilirannya untuk berbagi kebahagiaan.
Upacara pernikahan itu juga meliputi pertunjukan dan permainan interaktif yang menciptakan suasana meriah. Para pengantin baru berkolaborasi untuk menyelesaikan sejumlah tantangan seperti memasukkan benang ke lubang jarum dan meniup balon, menghibur penonton dan menciptakan kenangan berharga.
“Suasananya secara keseluruhan rileks dan menyenangkan, dan permainan-permainan yang dilakukan begitu mengesankan. Sangat menyenangkan berpartisipasi dalam pesta pernikahan seperti ini,” kata Wang. Lebih lanjut dia bercerita bahwa orang tuanya menikah pada tahun 1990-an, dan meskipun foto pernikahan mereka sudah menguning seiring berjalannya waktu, kebahagiaan di wajah muda mereka masih terlihat jelas.
Karena jarang melihat orang tuanya bertengkar, dia mendambakan pernikahan yang penuh cinta. Menggelar pesta pernikahan yang mengingatkan pada era orang tuanya memiliki makna tersendiri baginya.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak anak muda di China telah mendefinisikan ulang pesta pernikahan agar memiliki makna khusus, mengedepankan kesederhanaan, kebebasan, dan individualitas. Selain pernikahan massal, terdapat pula beberapa jenis pesta pernikahan baru seperti pernikahan destinasi, pernikahan rendah karbon, dan pernikahan minimalis.
Sebelumnya pada bulan ini, video pasangan pengantin baru kelahiran ‘pasca 1995-an’ yang menggunakan sepeda sewaan untuk berangkat ke lokasi pesta pernikahan mereka menjadi viral. Dalam video tersebut, sang pengantin pria memimpin perjalanan dengan sepeda sewaan sambil memboncengkan sang pengantin wanita, sementara rombongan pengantin mengikuti di belakangnya dengan sepeda yang dihiasi balon warna-warni.
Menurut Zhang Shubin, sang pengantin pria, karena jarak yang dekat dengan lokasi pesta pernikahan, mereka memutuskan untuk menggunakan sepeda sewaan dalam prosesi pernikahan, menyadari manfaat lingkungan dan efektivitas biaya dari pilihan itu. Zhang menambahkan bahwa dia juga menyewa bus dari perusahaan transportasi umum setempat untuk mengakomodasi para kerabat berusia lanjut yang memiliki masalah mobilitas.
Prosesi menaiki sepeda tersebut mendapat pujian dari warga yang melintas, sementara banyak warganet mengapresiasi pesta pernikahan rendah karbon itu serta menyampaikan doa dan restu.
“Pesta pernikahan konvensional tidak begitu menarik. Lagi pula, cinta akan terasa paling membahagiakan jika dilakukan dengan cara yang paling sederhana; menjadikannya terlalu rumit berisiko merusak keindahannya,” kata Zhang. Sebagai penyiar, dia menjadi pemandu acara dalam pesta pernikahannya sendiri dan mengucapkan janji pernikahan. Dengan memangkas biaya sewa mobil dan pemandu acara, pasangan itu memanfaatkan uang mereka untuk membeli hadiah bagi para tamu.
Zhang Wanjing, seorang peneliti di akademi ilmu sosial Ningxia, mengatakan bahwa semakin banyak anak muda memilih pesta pernikahan gaya baru karena mereka ingin menghindari tekanan finansial yang tidak perlu, dan juga berbagai pertimbangan lainnya.
Keberagaman gaya pesta pernikahan mencerminkan perubahan pola pikir generasi muda, yang mengutamakan kehidupan rendah karbon dan menolak kemewahan, dan tren ini mencerminkan kemajuan dan perkembangan masyarakat, menurut peneliti tersebut.
Laporan: Redaksi