Sebagaimana yang dialami oleh sebagian besar wilayah Eropa, musim panas di Jerman juga sangat kering dan suhu cuacanya mencapai yang terpanas keempat sejak 1881.
Jakarta (Indonesia Window) – Jerman tahun ini mengalami musim panas dengan periode paparan sinar matahari terlama sejak pencatatan dilakukan pada 1951, menurut data awal yang dirilis oleh Badan Meteorologi Nasional Jerman (Deutscher Wetterdienst/DWD) pada Selasa (30/8).
Jam paparan sinar matahari selama musim panas tahun ini melebihi rata-rata pada periode referensi (1961-1990) sekitar 35 persen, menurut badan pengamatan cuaca Jerman tersebut. Pada suhu 19,2 derajat Celsius, suhu rata-rata tercatat 2,9 derajat lebih tinggi dibandingkan selama periode referensi tersebut.
Sebagaimana yang dialami oleh sebagian besar wilayah Eropa, musim panas di Jerman juga sangat kering dan suhu cuacanya mencapai yang terpanas keempat sejak 1881. “Kita kemungkinan akan mengalami musim panas (ekstrem) yang akan segera menjadi lazim di era perubahan iklim,” kata juru bicara DWD Uwe Kirsche memperingatkan.
Akibat kekeringan, para petani memperkirakan adanya penurunan panen yang cukup signifikan. Banyak tanaman musim gugur seperti jagung, kentang, dan bit gula telah “menderita besar-besaran,” kata Asosiasi Petani Jerman (Deutscher Bauernverband/DBV) pekan lalu.
Sementara itu, volume panen biji-bijian tahun ini diperkirakan akan tetap jauh di bawah rata-rata tahun 2014-2021. “Kekeringan berkepanjangan di banyak wilayah di negara ini menunjukkan sekali lagi bahwa petani merasakan dampak perubahan iklim secara langsung,” ujar Presiden DBV Joachim Rukwied.
Pengiriman barang melalui jalur sungai di Jerman juga terdampak parah akibat kekeringan. Sungai Rhine, jalur air tersibuk di Eropa, mengalami penurunan level permukaan air hingga ke rekor terendahnya. Hal tersebut lantas membatasi jumlah kargo yang dapat dibawa oleh kapal. Kendati level permukaan air telah kembali naik sedikit dalam beberapa pekan terakhir, situasi tetap genting.
“Kita harus menghadapi fakta bahwa dalam jangka panjang, akibat perubahan iklim, kita harus berulang kali menyesuaikan diri terhadap periode ekstrem rendahnya level permukaan air,” kata Menteri Transportasi Jerman Volker Wissing pada Senin (29/8).
Untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan itu, dan menghindari kemacetan di Sungai Rhine, pemerintah dan industri Jerman bekerja sama untuk meningkatkan jumlah kapal sungai yang sesuai untuk level permukaan air yang rendah. Selain itu, sejumlah ruas sungai juga akan menjadi area percontohan untuk navigasi yang telah dioptimalkan selama turunnya level permukaan air.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi