Banner

FAO peringatkan Gaza berisiko tinggi alami kelaparan akut

Warga Palestina menerima bantuan makanan di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 15 Juni 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Jalur Gaza berisiko tinggi mengalami kelaparan, dengan sekitar 459.000 orang di Gaza, atau 22 persen penduduk daerah itu, berada dalam kondisi “kerawanan pangan yang mengerikan,” sementara hampir seluruh populasi, atau 96 persen penduduk, menghadapi “tingkat krisis kerawanan pangan akut atau lebih tinggi”.

 

Roma, Italia (Xinhua) – Seluruh Jalur Gaza berisiko tinggi mengalami kelaparan, demikian menurut peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) pada Rabu (26/6).

Peringatan ini muncul setelah sebuah laporan baru menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk Gaza menghadapi “kerawanan pangan akut, dengan 1 dari 5 warga Gaza berada di ambang kelaparan,” sebut FAO.

Sekitar 459.000 orang di Gaza, atau 22 persen penduduk daerah itu, berada dalam kondisi “kerawanan pangan yang mengerikan,” sementara hampir seluruh populasi, atau 96 persen penduduk, menghadapi “tingkat krisis kerawanan pangan akut atau lebih tinggi,” menurut makalah yang diterbitkan oleh Inisiatif Global Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (Integrated Food Security Phase Classification/IPC).

Situasi ini merupakan dampak dari konflik Israel-Hamas yang sedang berlangsung dan pembatasan konvoi bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Banner
Jalur Gaza berisiko tinggi
Anak-anak menerima bantuan makanan di kamp pengungsi Jabalia di Kota Jabalia, Jalur Gaza utara, pada 8 Juni 2024. (Xinhua/Mahmoud Zaki)

Mengomentari temuan-temuan terbaru itu dalam sebuah konferensi pers di New York, kepala ekonom FAO, Maximo Torero, mengatakan bahwa badan tersebut telah mengamati adanya risiko kelaparan yang tinggi selama delapan bulan terakhir. “Pertikaian yang tak kunjung usai… serta terbatasnya akses bagi mereka yang membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak telah memberikan dampak yang parah bagi seluruh penduduk di Gaza,” ujarnya.

Meski telah dilakukan sejumlah upaya untuk memperbaiki aliran dan akses ke makanan serta air bersih di Gaza utara baru-baru ini, situasinya masih sangat rapuh dan rentan terhadap kemerosotan yang dapat dengan cepat berubah menjadi kelaparan, tambahnya. Di saat operasi darat yang intens di Gaza utara terus berlanjut, relokasi paksa penduduk dapat memperburuk situasi ketahanan pangan di seluruh Jalur Gaza.

“Dengan sekitar 96 persen populasi menghadapi … kerawanan pangan akut, setiap kemerosotan dapat menyeret lebih banyak orang ke dalam tingkat kelaparan yang mengerikan,” ujar sang kepala ekonom FAO menekankan. “(Hal ini dapat terjadi) Misalnya, jika tingkat pemberian izin dan akses untuk truk-truk bantuan kemanusiaan ke Gaza menurun dan tidak meningkat secara substansial.”

FAO sedang meningkatkan upaya guna menyiapkan input produksi bahan makanan pokok untuk dikirim ke Gaza dengan memobilisasi pelaksanaan program pengadaan lanjutan, begitu akses diberikan. FAO saat ini telah mengajukan permohonan dana sekitar 40 juta dolar AS, dengan 29 juta dolar AS di akan dialokasikan untuk Gaza dan 11 juta dolar AS untuk Tepi Barat.

Sebelum konflik, pertanian Gaza dapat memenuhi 20-30 persen konsumsi harian penduduk. Namun, lebih dari 57 persen lahan pertanian di Gaza telah rusak sejak Mei 2024, sebut FAO.

*1 dolar AS = 2.261 rupiah

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan