Intervensi militer AS tidak saja berkontribusi dalam memperpanjang perang dengan kelompok militan Al-Shabab, tetapi juga menjadi bagian integral dari kelanjutan konflik yang tak terelakkan di Somalia, yang di dalamnya AS sama sekali tidak memiliki kepentingan keamanan vital yang dipertaruhkan.
New York City, AS (Xinhua) – Amerika Serikat (AS) tetap bertahan di Somalia dalam konflik yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat meskipun pemerintahan Biden berbicara tentang mengakhiri perang Amerika yang tak berujung, demikian disampaikan oleh Quincy Institute for Responsible Statecraft dalam sebuah artikel pada Jumat (5/5).
Bantuan dan pelatihan, serta intervensi militer AS seluruhnya berkontribusi dalam memperpanjang perang dengan kelompok militan Al-Shabab, menurut artikel tersebut mengutip laporan baru mengenai Biaya Proyek Perang.
Sejak didirikan pada tahun 2006, Al-Shabab telah memanfaatkan kelemahan pemerintah pusat Somalia, meskipun pemerintah semakin menguat dalam beberapa tahun terakhir, untuk mengendalikan sebagian besar wilayah yang tidak berpemerintahan. Kelompok ini mencapai puncaknya pada 2011 ketika menguasai sebagian ibu kota Mogadishu dan pelabuhan vital Kismayo.
Sejak 2011, Al-Shabab telah melakukan lebih dari 150 serangan di Kenya, sekutu lama AS. Yang paling brutal adalah serangan Januari 2016 di kamp tentara Kenya di El Adde yang menewaskan 200 tentara, serangan April 2015 di kampus perguruan tinggi Kenya yang menewaskan 148 orang, dan serangan September 2013 di sebuah mal di Nairobi yang menewaskan sedikitnya 67 orang.
“Alih-alih mendekatkan negara itu kepada perdamaian dan stabilitas, kebijakan AS justru menjadi salah satu pemicu konflik,” demikian tertulis dalam laporan itu.
“AS tidak hanya berkontribusi dalam konflik di Somalia, tetapi juga menjadi bagian integral dari kelanjutan konflik yang tak terelakkan di Somalia,” yang di dalamnya AS sama sekali tidak memiliki kepentingan keamanan vital yang dipertaruhkan, papar laporan itu.
Kebijakan AS saat ini memperburuk masalah keamanan Somalia alih-alih meredakannya, kata Quincy Institute.
“Pemerintahan Biden setidaknya harus mengakhiri keterlibatan langsung AS dalam perang di Somalia,” tambahnya.
Laporan: Redaksi