Jakarta (Indonesia Window) – Indonesia tekankan pentingnya penguatan Kerja Sama Selatan-Selatan antarnegara Gerakan Non Blok (GNB) guna menjawab berbagai tantangan global, kata Ketua Delegasi Indonesia, Duta Besar Indonesia untuk Republik Azerbaijan, Prof. Dr. Husnan Bey Fananie.
“GNB memiliki kekuatan jumlah anggota yang besar dan dapat menghasilkan dampak positif bagi pembangunan yang luas,” kata Husnan Bey Fananie pada Konferensi Tingkat Tinggi GNB ke-18 yang berlangsung pada 25-26 Oktober di Baku, Azerbaijan.
Menurut duta besar Indonesia tersebut, kerja sama GNB saat ini harus diarahkan kepada hal-hal yang membawa dampak nyata bagi rakyat.
Sementara itu pada sesi pembukaan, Presiden Venezuela Nicolas Maduro Moros melakukan serah terima keketuaan GNB kepada Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev.
Dalam sambutan pembukanya, Presiden Aliyev menekan pentingnya penghormatan terhadap norma-norma hukum internasional, kedaulatan, integritas territorial dan kerja sama antara negara anggota GNB.
Lebih lanjut, dia menghimbau agar GNB kokoh dalam menjalankan kepentingan negara berkembang di berbagai bidang termasuk ekonomi dan politik.
Pertemuan dihadiri oleh 21 kepala negara dan kepala pemerintahan, serta 49 pejabat pada tingkat menteri dan kepala parlemen serta delegasi lebih dari 121 negara anggota, pengamat GNB dan negara tamu.
KTT GNB juga dihadiri oleh Presiden Majelis Umum PBB, Duta Besar Tijjani Muhammad Bande, pada sesi pembukaan dan menyampaikan pentingnya penyelesaian sengketa secara damai, serta penghormatan terhadap Piagam PBB dan HAM.
KTT GNB yang mengambil tema, Mengangkat Prinsip-prinsip Dasasila Bandung untuk Menjamin Adanya Tanggapan Bersama dan Tepat Terhadap Berbagai Tantangan di Dunia Saat Ini, membahas upaya GNB dalam merespon isu-isu global dengan dilandasi Dasasila Bandung.
Dasasila bandung berisi menyerukan: 1) Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB; 2) Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa; 3) Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil; 4) Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain; 5) Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB; 6) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain; 7) Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara; 8) Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi, ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB; 9) Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama; 10) Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional.
Isu-isu pokok yang dibahas oleh negara anggota dalam sesi debat umum KTT antara lain mengenai relevansi dan penghormatan terhadap Dasasila Bandung, solidaritas anggota GNB terhadap permasalahan Palestina, pengentasan kemiskinan, perubahan iklim, keamanan siber, pemberantasan terorisme dan upaya menentang pengambilan keputusan secara sepihak.
Pertemuan juga menyepakati sejumlah dokumen yaitu Dokumen Akhir GNB, Deklarasi Baku dan Deklarasi Politik GNB untuk isu Palestina.
KTT juga melaksanakan pengheningan cipta untuk mengenang para pemimpin negara anggota GNB yang telah berpulang, termasuk Presiden Republik Indonesia ke-3, B.J. Habibie.
Laporan: Redaksi