Opini –  Agama dan iman pertahankan kesehatan mental mahasiswa doktoral di Indonesia

Tim penelitian mempresentasikan hasil kajian tentang kesehatan mental di kalangan mahasiswa doktoral, pada Konferensi Internasional Tongji yang diadakan di UNSW, Sydney, Australia. (Foto: Istimewa)

Penulis: Tatik, PhD (anggota tim peneliti UNSW, Sydney, Australia)

Impostor syndrome juga merupakan masalah yang sering melanda mahasiswa doktoral, yang ditandai engan perasaan cemas dan merasa kurang padahal telah memiliki berbagai pencapaian.

 

Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan dan kesejahteraan mahasiswa doktoral di Indonesia masih terabaikan.

Penelitian baru-baru ini mengenai pengalaman dan kebutuhan mahasiswa program doktoral yang dilakukan oleh Universitas Negeri Malang (UM) bekerja sama dengan UNSW, Sydney, Australia, mengungkapkan bahwa meskipun universitas telah melakukan upaya signifikan dalam meningkatkan kemampuan akademi serta kinerja keilmuan, khususnya dalam bentuk penelitian dan publikasi, masih banyak masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan fisik dan mental mahasiswa.

Ketua penelitian Prof. Yazid Basthomi menyatakan, “Berdasarkan penelitian yang kami lakukan di berbagai program doktoral, kami mengidentifikasi bahwa mahasiswa tahun pertama sering mengalami penurunan kesehatan fisik dan mental. Gejalanya meliputi kelelahan, kecemasan yang mengakibatkan perubahan pola tidur, kebiasaan makan, hingga sakit dan perawatan di rumah sakit.”

Menariknya, penelitian ini juga menemukan bahwa kesehatan fisik terkena dampak yang lebih parah dibandingkan kesehatan mental. Prof. Yazid lebih lanjut mengatakan, “Salah satu faktor kuncinya adalah keimanan kepada Tuhan. Keyakinan dan doa rutin mereka dilaporkan memiliki dampak signifikan dalam mengurangi kecemasan.”

Sayangnya, masalah ini belum mendapat perhatian yang cukup dari institusi maupun mahasiswa.

Menurunnya kesehatan fisik dan kesejahteraan dianggap sebagai hal yang lumrah selama studi doktoral. Untuk mengatasi kesalahpahaman ini, serangkaian lokakarya, sebagai bagian dari program mentoring, telah diselenggarakan. Program tersebut saat ini telah memasuki seri keempat.

Salah satu sesi terbaru yang bertemakan ‘Kesehatan Fisik dan Kewarasan Mahasiswa’ menghadirkan psikolog dari Universitas YARSI, Dr. Endang Fourianalistyawati, dan peneliti Ilmu Pangan dari Universitas Lambung Mangkurat, Dr. Alia Rahmi. Mereka membahas tips bermanfaat bagi mahasiswa doktoral yang meliputi gaya hidup, kesehatan, dan nutrisi.

Dalam acara tersebut, mereka membahas pentingnya kewarasan bagi mahasiswa doktoral serta tips untuk meningkatkan kesehatan mental dan kewarasan secara keseluruhan.

Para peserta didorong untuk membahas mengenai kesulitan dan strategi yang dapat secara efektif mengatasi stres yang mereka alami sehingga mereka dapat bekerja secara lebih produktif sebagai mahasiswa doktoral.

Endang menekankan, stigma seputar kesehatan mental sering kali membuat mahasiswa merasa takut mendiskusikan situasi mereka. Keengganan ini dapat memperburuk situasi dan berpotensi menimbulkan dampak yang lebih buruk. Oleh karena itu, dia mendorong para peserta untuk mengidentifikasi dan mencari bantuan.

Impostor syndrome juga merupakan masalah yang sering melanda mahasiswa doktoral, yang ditandai engan perasaan cemas dan merasa kurang padahal telah memiliki berbagai pencapaian.

Mahasiswa doktoral bergulat dengan berbagai masalah, termasuk beban studi, masalah keuangan, kekhawatiran terhadap keluarga, adaptasi terhadap lingkungan baru, penolakan dan progress yang lambat, komunikasi yang tidak efektif dengan supervisor, ketidakjelasan tujuan studi, kurangnya komitmen, kurangnya sistem pendukung, dan merasakan kesepian.

Strategi yang disarankan dalam acara tersebut mencakup berbagai aspek. Di antara cara atau strategi tersebut adalah berbagi dengan orang lain, menemukan jam produktif, menetapkan target harian, merayakan prestasi, mengasah keterampilan membaca dan menulis, komunikasi yang efektif dengan supervisor, dan keterampilan berorganisasi baik dalam kehidupan akademis maupun pribadi.

Dalam acara ini juga terdapat diskusi yang cukup banyak mengenai kebiasaan makan serta pentingnya asupan seimbang yang terdiri atas karbohidrat, serat, protein, susu, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

Selain itu juga dibahas makanan yang dapat meningkatkan konsentrasi dan menjaga kesehatan selama studi, serta makanan yang harus dihindari. Olahraga sangatlah penting, diantaranya berjalan kaki selama 40 menit dalam sehari sebagai cara yang efektif untuk tetap bugar dan menghilangkan stres.

Selaras dengan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan sebelum program ini dijalankan, yakni terkait pentingnya agama dan iman dalam menjaga kewarasan mahasiswa doktoral, salah satu pemateri, Alia Rahmi, juga berbagi pengalaman pribadi mengenai pentingnya keimanan dalam mengarungi tantangan studi akademis di masa-masa sulit. Keyakinan mengenai makna hidup tidak hanya berkontribusi dalam menjaga ketenangan, tetapi juga memberikan panduan dalam mengatasi tantangan yang ada dan mencari dukungan dari orang lain.

Selesai

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan