Banner

Ilmuwan Rusia temukan bakteri pencerna bioplastik di zona permafrost

Ilustrasi. Para ilmuwan dari Universitas Federal Siberia, Rusia menemukan bakteri tanah yang ditemukan di salah satu daerah di Wilayah Krasnoyarsk yang mampu ‘mencerna’ biopolimer. (CDC on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Para ilmuwan dari Universitas Federal Siberia, Rusia menemukan bakteri tanah yang ditemukan di salah satu daerah di Wilayah Krasnoyarsk yang mampu ‘mencerna’ biopolimer, kata layanan pers universitas tersebut kepada kantor berita TASS baru-baru ini.

“Ilmuwan Universitas Federal Siberia melakukan serangkaian studi yang bertujuan mengetahui proses pembusukan dan ‘asimilasi’ oleh bakteri tanah dan jamur dari biopolimer khusus yang diproduksi di Universitas Federal Siberia. Mereka adalah yang pertama di dunia yang mengungkap kemampuan komunitas mikroba yang mendiami tanah Evenkia (Wilayah Krasnoyarsk) untuk memetabolisme bioplastik,” sebut pernyataan dari universitas.

Banner

Evenkia yang hampir sepanjang tahun sangat dingin kaya akan cadangan minyak dan gas dan menempati hampir sepertiga dari Wilayah Krasnoyarsk.

Daerah tersebut termasuk zona permafrost, yakni tanah yang terus membeku selama dua tahun atau lebih, yang terletak di darat atau di bawah laut.

Meskipun metabolisme berkurang karena iklim, mikroorganisme tanah lokal dapat memproses bioplastik secara efisien berdasarkan polihidroksi alkanoat (golongan poliester yang diakumulasi oleh beberapa bakteri pada keadaan pertumbuhan tidak seimbang).

Banner

Para ilmuan menemukan keanehan seperti itu pada strain bakteri Bacillus pumilus, serta Pseudomonas, Variovorax, Rhodococcus. Hasil yang baik juga diperoleh dari studi tentang sifat-sifat jamur mikroskopis, yakni aspergillus dan penicilli.

“Kemampuan tanah kriogenik untuk ‘menyerap’ bioplastik tanpa efek berbahaya terhadap lingkungan telah terbukti secara eksperimental, yang, saya harap, akan menggantikan bagian signifikan plastik sintetis di pasaran di masa depan,” sebut layanan pers Universitas Federal Siberia profesor dari departemen dasar bioteknologi Svetlana Prudnikova.

Hasil studi tersebut dipublikasikan di jurnal Chemosphere.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan