Liga Arab peringatkan soal bahaya serangan Houthi di Laut Merah

Sejumlah orang memeriksa pembangkit listrik di pelabuhan Hodeidah yang hancur akibat serangan udara Israel di Hodeidah, Yaman, pada 30 September 2024. Pemerintah Yaman pada Senin (30/9) mengecam serangan udara Israel baru-baru ini di kota pelabuhan Hodeidah yang dikuasai Houthi di Laut Merah. Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi, serangan Israel di Hodeidah menewaskan lima orang dan melukai 57 orang, dengan banyak di antaranya dalam kondisi kritis. (Xinhua/Mohammed Mohammed)

Houthi telah meningkatkan serangannya sejak akhir September 2024, setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam serangan udara terhadap sebuah bangunan di pinggiran selatan Beirut.

 

Kairo, Mesir (Xinhua/Indonesia Window) – Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul-Gheit pada Selasa (22/10) memperingatkan soal bahaya keterlibatan kelompok Houthi Yaman dalam serangan-serangan yang mengancam perdagangan maritim di Laut Merah.

Dalam pertemuannya dengan Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman Hans Grundberg, Aboul-Gheit menekankan bahwa perkembangan regional saat ini menuntut pengerahan segala upaya yang mungkin dilakukan demi meredakan eskalasi, menurut pernyataan Liga Arab.

Sejak November tahun lalu, kelompok Houthi telah melancarkan serangan rudal dan drone terhadap kapal-kapal yang mereka sebut sebagai kapal-kapal “yang berkaitan dengan Israel” di Laut Merah dan Teluk Aden, serta sejumlah target di Israel, untuk menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza.

Houthi telah meningkatkan serangannya sejak akhir September lalu, setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam serangan udara terhadap sebuah bangunan di pinggiran selatan Beirut.

Sementara itu, Aboul-Gheit menyampaikan keprihatinannya terkait situasi kemanusiaan yang terus memburuk di seluruh Yaman, dan menyatakan bahwa penyelesaian politik merupakan satu-satunya jalan untuk memulihkan persatuan di negara tersebut.

Tidak ada pihak yang boleh memonopoli kekuasaan di Yaman, katanya, seraya menambahkan bahwa semua komponen harus berperan dalam masa depan negara itu.

Yaman telah terperosok ke dalam konflik yang destruktif sejak 2014. Pada 21 September 2014, kelompok Houthi merebut kendali atas beberapa provinsi di bagian utara negara itu, memaksa pemerintah Yaman yang diakui secara internasional keluar dari ibu kota Sanaa.

Pada tahun berikutnya, koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengintervensi konflik di negara tersebut untuk mendukung pemerintah Yaman.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan