Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak menguat sekitar satu persen di perdagangan Asia pada Senin pagi, melayang di dekat tertinggi tujuh tahun yang dicapai di sesi sebelumnya, di tengah kekhawatiran atas pasokan yang ketat serta ketegangan geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 92 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 90,95 dolar AS per barel pada pukul 00.51 GMT, setelah menambahkan 69 sen pada Jumat (28/1). Kontrak bulan depan untuk pengiriman Maret berakhir di kemudian hari.
Kontrak berjangka Brent paling aktif, untuk pengiriman April, diperdagangkan pada 89,69 dolar AS per barel, terangkat 1,17 dolar AS atau 1,3 persen.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terdongkrak 99 sen atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 87,81 dolar AS per barel, setelah naik 21 sen pada Jumat (28/1).
Kedua harga acuan mencatat level tertinggi sejak Oktober 2014 pada Jumat (28/1), masing-masing di 91,70 dolar AS dan 88,84 dolar AS per barel, dan kenaikan mingguan keenam berturut-turut.
“Kecemasan yang mendasari tentang kekurangan pasokan global, ditambah dengan risiko geopolitik yang sedang berlangsung, telah menyebabkan pasar memulai pekan ini dengan catatan yang kuat,” kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd.
“Dengan ekspektasi bahwa OPEC+ akan mempertahankan kebijakan peningkatan produksi bertahap yang ada, harga minyak kemungkinan akan tetap pada sentimen bullish pekan ini,” katanya, memprediksi Brent akan tetap di atas 90 dolar AS per barel dan WTI menuju 90 dolar AS per barel.
Produsen utama di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, telah menaikkan target produksi mereka setiap bulan sejak Agustus sebesar 400.000 barel per hari (bph) saat mereka melepas rekor pengurangan produksi yang dibuat pada 2020.
Tetapi mereka gagal memenuhi target produksi mereka karena beberapa anggota kesulitan dengan keterbatasan kapasitas.
Pada pertemuan 2 Februari, OPEC+ kemungkinan akan tetap dengan rencana kenaikan target produksi minyaknya untuk Maret, beberapa sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters, karena melihat permintaan pulih meskipun ada risiko penurunan dari pandemi dan kenaikan suku bunga yang kian dekat.
Ketegangan antara Rusia dan Barat juga menopang harga minyak mentah. Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia, dan Barat berselisih soal Ukraina, memicu kekhawatiran bahwa pasokan energi ke Eropa dapat terganggu.
Ketua NATO mengatakan pada Ahad (30/1) bahwa Eropa perlu mendiversifikasi pasokan energinya ketika Inggris memperingatkan “sangat mungkin” bahwa Rusia ingin menyerang Ukraina.
Pasar juga waspada atas situasi Timur Tengah setelah serangan di Uni Emirat Arab oleh kelompok Houthi Yaman.
Sementara itu, lebih dari 1.400 penerbangan AS dibatalkan pada Ahad (30/1) setelah negara bagian timur laut AS dihantam badai musim dingin mematikan yang mendorong beberapa negara bagian untuk mengumumkan keadaan darurat.
Laporan: Redaksi