Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Kamis sore, karena kekhawatiran tentang pasokan akibat potensi larangan Uni Eropa (UE) terhadap minyak Rusia muncul ke permukaan, beberapa hari setelah berkurangnya pasokan dari Libya mengguncang pasar.

Harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 1,32 dolar AS atau 1,24 persen, menjadi diperdagangkan di 108,12 dolar AS per barel pada pukul 06.36 GMT.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 1,26 dolar AS atau 1,23 persen, menjadi diperdagangkan di 103,45 dolar AS per barel, menambah kenaikan 19 sen di sesi sebelumnya.

Para analis mengatakan volatilitas pasar kemungkinan akan segera meningkat lagi, dengan Uni Eropa masih mempertimbangkan larangan minyak Rusia karena invasinya ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai “operasi militer khusus”.

“Diskusi Uni Eropa untuk melarang atau menghapus pembelian minyak Rusia, pengaruh terbesar pada harga minyak mentah dalam beberapa hari terakhir, berprioritas rendah tetapi belum diselesaikan, yang dapat membatasi harga minyak mentah ke kisaran yang relatif sempit pada basis penyelesaian harian,” kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.

Banner

Anggota OPEC Libya pada Rabu (20/4) mengatakan negara itu kehilangan lebih dari 550.000 barel per hari produksi minyak karena blokade di ladang utama dan terminal ekspor.

Sementara itu, prospek permintaan di China terus membebani pasar, ketika importir minyak terbesar dunia itu perlahan-lahan melonggarkan pembatasan ketat COVID-19 yang telah memukul aktivitas manufaktur dan rantai pasokan global.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyoroti risiko di China ketika memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global hampir satu poin persentase penuh pada Selasa (19/4).

Sementara itu, terminal Laut Hitam Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) dapat kembali ke kapasitas penuh pekan ini, Menteri Energi Kazakh Bolat Akchulakov mengatakan pada Rabu (20/4).

“Dimulainya kembali pengiriman minyak mentah CPC akan diimbangi dengan pemadaman yang berkelanjutan di Libya dan kemungkinan lebih banyak minyak mentah Rusia yang terkunci dari pasar dalam menghadapi larangan Uni Eropa,” kata Hari.

Pasar minyak tetap ketat dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, bersama-sama disebut OPEC+, berjuang untuk memenuhi target produksi mereka dan dengan stok minyak mentah AS turun tajam dalam pekan yang berakhir 15 April.

Banner

“Saya terus memperkirakan bahwa Brent akan tetap dalam kisaran 100 dolar hingga 120 dolar AS yang berombak, dengan WTI dalam kisaran 95 dolar AS hingga 115 dolar AS … Potensi embargo minyak Eropa terhadap Rusia pekan depan setelah pemilihan Prancis, dapat melihat pergerakan menuju puncak kisaran,” kata Jeffrey Halley, analis di OANDA.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan