Banner

Harga minyak menguat, tapi catat kerugian pekanan yang tajam

Ilustrasi. Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat (5/8/2022) atau Sabtu pagi WIB, menghapus beberapa kerugian pekan ini karena data pertumbuhan pekerjaan AS yang kuat, tetapi mengakhiri pekan ini di level terendah sejak Februari karena kekhawatiran resesi dapat memukul permintaan bahan bakar. (Dean Brierley on Unsplash)

Pedagang minyak pekan ini telah resah tentang inflasi, pertumbuhan ekonomi dan permintaan, tetapi tanda-tanda pasokan yang ketat membuat harga relatif bertahan.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat (5/8) atau Sabtu pagi WIB, menghapus beberapa kerugian pekan ini karena data pertumbuhan pekerjaan AS yang kuat, tetapi mengakhiri pekan ini di level terendah sejak Februari karena kekhawatiran resesi dapat memukul permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September bertambah 47 sen atau 0,5 persen, menjadi menetap di 89,01 dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober menguat 80 sen atau 0,9 persen, menjadi ditutup di 94,92 dolar AS per barel.

Untuk pekan ini, patokan minyak mentah AS turun 9,7 persen, sementara Brent turun 8,7 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.

Pertumbuhan pekerjaan AS secara tak terduga meningkat pada Juli karena data penggajian nonpertanian (NFP) meningkat 528.000 pekerjaan, kenaikan terbesar sejak Februari, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (5/8).

“Ini adalah data ekonomi yang kuat yang mendukung kenaikan pasar minyak hari ini,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Pedagang minyak pekan ini telah resah tentang inflasi, pertumbuhan ekonomi dan permintaan, tetapi tanda-tanda pasokan yang ketat membuat harga relatif bertahan.

Jumlah rig minyak, indikator awal produksi masa depan, turun tujuh menjadi 598 dalam sepekan hingga 5 Agustus, penurunan pekanan pertama dalam 10 pekan, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya pada Jumat (5/8).

Kekhawatiran resesi telah meningkat sejak peringatan bank sentral Inggris (BoE) pada Kamis (4/8) tentang penurunan berlarut-larut setelah menaikkan suku bunga terbesar sejak 1995.

“Jelas, semua orang menganggap ancaman resesi jauh lebih serius karena kami masih melihat pasar yang sangat ketat dan produsen tidak memiliki kapasitas untuk mengubahnya,” kata Craig Erlam, analis pasar senior di Oanda di London, dikutip dari Reuters.

Persediaan masih relatif ketat, dengan harga didorong masih lebih tinggi daripada bulan-bulan mendatang, struktur pasar yang dikenal sebagai backwardation.

Kelompok produsen OPEC+ sepakat pekan ini untuk menaikkan target produksi minyaknya sebesar 100.000 barel per hari (bph) pada September, tetapi ini adalah salah satu kenaikan terkecil sejak kuota tersebut diperkenalkan pada tahun 1982, data OPEC menunjukkan.

Kekhawatiran pasokan diperkirakan akan meningkat mendekati musim dingin, dengan sanksi Uni Eropa yang melarang impor minyak mentah dan produk minyak Rusia melalui laut mulai berlaku pada 5 Desember.

“Dengan Uni Eropa menghentikan impor Rusia melalui laut, ada pertanyaan kunci apakah produsen Timur Tengah akan mengalihkan barel mereka ke Eropa untuk mengisi kekosongan,” kata analis RBC Michael Tran.

“Bagaimana kebijakan sanksi minyak Rusia ini terguncang akan menjadi salah satu masalah paling penting yang harus diperhatikan selama sisa tahun ini.”

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan