Jakarta (Indonesia Window) – PT Freeport Indonesia (PT FI)yang beroperasi di Tembagapura, Provinsi Papua akan melakukan penambangan bawah tanah (underground) mulai 2020 hingga 2023.
Sebelumnya, perusahaan tambang yang berkedudukan di Arizona, Amerika Serikat tersebut melakukan penambangan dengan metode terbuka (open pit) di Grasberg.
Siaran pers dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diterima di Jakarta, Ahad menyebutkan bahwa mulai 2020 hingga 2023, PT FI akan melakukan penambangan bawah tanah menggantikan Grasberg open pit, di wilayah DOZ, Big Gossan, DMLZ dan Grasberg Block Cave.
Volume penambangan bawah tanah yang direncanakan pada tahun 2020 sebesar 96 ribu ton/hari; tahun 2021 sebesar 160 ribu ton/hari; tahun 2022 sebesar 216 ribu ton/hari; dan tahun 2023 sebesar 217 ribu ton/hari.
Saat ini, PT Freeport Indonesia memiliki enam blok/prospek dengan volume tambang sebesar 2.756.729 kilo ton dengan kadar rata-rata tembaga 0,67 persen; emas 0,59 gr/ton; dan perak 3,51 gr/ton.
Sedangkan cadangan tambang sebesar 1.869.083 kilo ton dengan kadar rata-rata tembaga 1,03 persen; emas 0,79 gr/ton; dan emas 4,52 gr/ton.
Laporan media massa nasional menyebutkan tambang Grasberg di Papua yang dikelola PT Freeport Indonesia sejak 1991 merupakan yang paling istimewa di tanah air karena cadangan emas dan tembaganya merupakan salah satu yang terbesar di dunia.
Produksi bijih (ore) dari tambang bawah tanah Grasberg pernah mencapai 80.000 ton per hari, menjadikannya sebagai salah satu tambang bawah tanah terbesar di dunia.
Total kekayaan mineral Grasberg mencapai 3,8 miliar ton.
Laporan: Redaksi