Banner

Film Jejak Khilafah berperspektif sejarah sesuai kebijakan pemerintah

Film “Jejak Khilafah Di Nusantara” yang ditayangkan perdana pada 1 Muharram 1442 Hijriah tersebut disutradari oleh Nicko Pandawa dengan penulis naskah yang juga sejarawan, Septian A.W dari Komunitas Literasi Islam. (Komunitas Literasi Islam)

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Acara tayang perdana film “Jejak Khilafah Di Nusantara” (JKDN) karya dari Komunitas Literasi Islam (KLI) pada Kamis (20/8) terpaksa tidak dapat dilanjutkan menyusul diputusnya akses streaming dokumenter tersebut karena keluhan hukum (legal complaint) dari pemerintah.

“Kejadian tersebut telah kami antisipasi sebelumnya. Makanya, premier film ini tidak ditayangkan di YouTube, melainkan melalui link khusus di mana mereka yang ingin menonton harus mendaftarkan diri terlebih dahulu,” kata Penasihat Komunitas Literasi Islam, Ismail Yusanto, kepada Indonesia Window dalam wawancara melalui aplikasi Zoom di Bogor, Jumat.

Diputusnya link tersebut karena keberatan dari pemerintah patut disayangkan sebab, menurut Ismail, film JKDN disusun dari perspektif sejarah.

“Film ini sudah sesuai dengan kebijakan Kementerian Agama yang telah menggeser materi khilafah dari fiqih ke sejarah,” ujar dia.

Ismail menegaskan bahwa tujuan dari pembuatan film JKDN adalah membangun kesadaran tentang sejarah secara obyektif karena disusun melalui penelitian ilmiah berdasarkan fakta, data empirik, serta pendapat para sejarawan, khususnya mengenai sejarah Islam di nusantara serta hubungan yang telah terjadi antara para sultan dan raja di tanah air dan para khalifah terdahulu.

Banner

“Film ini bahkan mendapat pembelaan dari para sejarawan dengan diperkuat oleh berbagai hasil penelitian, salah satunya disertasi yang membahas hubungan antara Khilafah Utsmani di Turki dan Kerajaan Demak,” terang Ismail.

Khilafah memiliki akar sejarah yang kuat dengan bukti-bukti historis tak terbantahkan dalam bentuk dokumen-dokumen yang masih terjaga hingga sekarang, imbuhnya.

Meskipun tayangan perdana JKDN mendapat hambatan, Ismail menuturkan, KLI tengah menyiapkan peluncuran film dokumenter tersebut secara utuh dalam format resmi yang dilengkapi dengan subtitle Bahasa Indonesia yang akan memudahkan penonton tuna rungu memahami film tersebut.

“Kami juga menyiapkan subtitle Bahasa Inggris dan Bahasa Arab karena film ini bertema global dan banyak masyarakat di dunia yang juga ingin menyaksikannya,” kata Ismail.

Film “Jejak Khilafah Di Nusantara” yang ditayangkan perdana pada 1 Muharram 1442 Hijriah tersebut disutradari oleh Nicko Pandawa dengan penulis naskah yang juga sejarawan, Septian A.W dari Komunitas Literasi Islam.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan