Festival Musim Semi di China tahun ini menggelar berbagai acara budaya dan adat tradisional rakyat China, karena kehidupan dan pekerjaan dengan cepat kembali normal setelah negara itu mengoptimalkan respons COVID-19-nya pada akhir 2022.
Nanning, China (Xinhua) – Tommy Tanu Wijaya, seorang mahasiswa asal Indonesia yang berkuliah di Beijing Normal University, merencanakan perjalanan liburan Festival Musim Semi yang padat kegiatan. Tommy mengatakan ini adalah Festival Musim Semi kelimanya secara berturut-turut di China, dan dia merasa festival tahun ini lebih ramai dan lebih aktif dari sebelumnya. “Saya akan pergi ke Guilin untuk mengunjungi guru saya, lalu kembali ke kampung halaman kekasih saya di Nanning untuk mengunjungi keluarganya, dan menikmati Festival Tradisional Binyang Paolong.”
“Orang-orang Tionghoa di Indonesia juga akan berkumpul untuk merayakan Festival Musim Semi, tetapi aktivitas yang diadakan tidak sebanyak di China,” tuturnya.
Mengunjungi teman, melakukan perjalanan keliling China, mengikuti berbagai aktivitas yang menyajikan budaya dan adat tradisional rakyat China, banyak ekspatriat memilih untuk tetap tinggal di China saat Festival Musim Semi tahun ini karena kehidupan dan pekerjaan dengan cepat kembali normal setelah negara itu mengoptimalkan respons COVID-19-nya pada akhir 2022.
Setelah pembatasan besar-besaran terhadap aktivitas luar ruangan lantaran pandemik COVID-19, kesibukan masyarakat telah kembali terlihat di Nanning, ibu kota Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, sehingga banyak mahasiswa asing memilih untuk tetap tinggal di Nanning dan mengikuti berbagai kegiatan liburan atau berkeliling kota.
Then Vuchnea, seorang mahasiswi semester awal asal Kamboja di Guangxi Medical University, akan tetap tinggal di Nanning untuk menghabiskan liburan musim dinginnya dan mempersiapkan diri untuk ujian nanti. “Saya perhatikan banyak kegiatan menyenangkan akan digelar di Nanning tahun ini, dan saya beserta teman-teman sekelas saya berencana berkeliling kota dan mencoba berbagai makanan lezat.”
Nguyen Ming Trang kembali ke kampung halamannya di Vietnam melalui Pelabuhan Youyi di kota perbatasan Pingxiang pada 8 Januari lalu setelah perjalanan normal antara China dan Vietnam kembali dibuka pada tanggal itu. Nguyen pun kembali ke China beberapa hari kemudian untuk menghabiskan Festival Musim Semi bersama anak-anak dan suaminya yang merupakan warga China.
Nguyen membawa oleh-oleh makanan khas Vietnam, seperti lumpia dan nasi ketan untuk keluarganya. “Selama Festival Musim Semi, saya berencana untuk mengunjungi pasar malam yang baru dibuka di Nanning bersama keluarga saya dan menginap semalam di pinggiran kota.”
Nguyen berkata dirinya mulai dapat merasakan vitalitas kota dengan melihat suasana jalan-jalan yang ramai dan meriah, orang-orang yang menunggu di depan pusat perbelanjaan dan restoran, serta lalu lintas yang padat di jalan-jalan utama.
Sebagai calon PhD yang mempelajari kerja sama ekonomi dan perdagangan antara China dan ASEAN, Nguyen mengatakan dirinya “sangat yakin dengan pemulihan ekonomi China tahun ini.”
Tonny Tong, seorang pebisnis asal Malaysia yang telah menetap di China selama 10 tahun, juga memilih untuk tetap berada di China selama Festival Musim Semi bersama istri dan anak-anaknya.
Tong, yang menjalankan sebuah restoran makanan Barat di Nanning, berencana membuat beberapa makanan spesial untuk merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarganya. “Di Malaysia, ada hidangan ikan yang berwarna-warni untuk menyambut Tahun Baru Imlek, sedangkan di Guangxi, ada makanan tradisional Lipu talas yang menjadi simbol reuni keluarga yang menyenangkan. Kedua hidangan itu akan disiapkan untuk makan malam pada hari besar tersebut.”
Restorannya akan tetap buka selama liburan Festival Musim Semi. “Sekarang, semakin banyak tamu datang ke restoran saya setelah China mengoptimalkan respons COVID-nya. Saya berharap restoran saya bisa menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi orang-orang selama Festival Musim Semi.”
Karena rute transportasi udara dan darat untuk perjalanan lintas perbatasan secara bertahap telah kembali dibuka, banyak ekspatriat berencana pulang ke kampung halaman mereka pada Tahun Baru Imlek ini. “Kamboja sangat dekat dengan China, jadi akan mudah untuk melakukan perjalanan pulang-pergi di masa depan. Saya berharap bisa pulang dan bertemu keluarga saya lebih awal,” kata Then.
“Ketika saya kembali ke Indonesia tahun ini, saya pasti akan naik Kereta Cepat Jakarta-Bandung,” kata Tommy, yang berencana membawa pangsit dan zongzi buatan sendiri untuk keluarganya.
Tong, yang juga seorang distributor minuman anggur (wine), mengatakan bahwa pengaktifan kembali penerbangan internasional akan memberikan keuntungan besar bagi bisnis wine-nya. “Saya selalu optimistis dengan pasar China, dan saya yakin ekonomi secara bertahap akan pulih dalam beberapa tahun ke depan.”
Laporan: Redaksi