Fasilitas kesehatan di Gaza dan Tepi Barat terus dibombardir oleh Israel, menyebabkan hanya ada 14 dari 36 rumah sakit yang masih berfungsi secara parsial, termasuk dua rumah sakit di bagian utara Wadi Gaza dan 12 rumah sakit di wilayah selatan Gaza.
Jenewa, Swiss (Xinhua) – Dewan Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Ahad (10/12) mengadopsi sebuah resolusi yang mendesak agar akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza segera dibuka dan dibebaskan dari hambatan.
Atas permintaan 17 negara anggota, Dewan Eksekutif WHO mengadakan sesi khusus di markas besar WHO di Jenewa untuk membahas kondisi kesehatan di wilayah Palestina yang diduduki itu, termasuk Yerusalem timur.
Dalam pidato pembukaannya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan bahwa “dampak konflik tersebut terhadap kesehatan sangat menghancurkan” dan “sistem kesehatan Gaza terpuruk dan kolaps.”
Menurut WHO, hanya ada 14 dari 36 rumah sakit yang masih berfungsi secara parsial, termasuk dua rumah sakit di bagian utara Wadi Gaza dan 12 rumah sakit di wilayah selatan Gaza.
Selain mengutuk serangan Hamas ke Israel dan menyesalkan hilangnya lebih dari 1.200 nyawa, kepala WHO itu mengungkapkan bahwa lebih dari 17.000 orang dilaporkan tewas di Gaza, termasuk 7.000 anak-anak.
Dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 46.000 korban luka dan 1,9 juta orang yang telantar, “hampir seluruh warga Jalur Gaza,” demikian Tedros menekankan.
Berdasarkan undang-undang internasional, fasilitas kesehatan harus dilindungi selama konflik. Namun, Tedros mengatakan bahwa sejak 7 Oktober, WHO telah memverifikasi lebih dari 449 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza dan Tepi Barat, dan 60 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Israel.
Tedros menekankan bahwa gencatan senjata sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat di Gaza.
Laporan: Redaksi