Banner

UE pangkas proyeksi pertumbuhan akibat kenaikan tarif AS dan ketidakpastian

Bendera Uni Eropa berkibar di luar Gedung Berlaymont, kantor pusat Komisi Eropa, di Brussel, Belgia, pada 29 Januari 2025. (Xinhua/Meng Dingbo)

Ekspor UE diproyeksikan tumbuh hanya 0,7 persen tahun ini sementara ekspor barang diprediksi akan mengalami kontraksi baru di tengah pertumbuhan global yang melambat, penurunan tajam dalam perdagangan dunia, melemahnya daya saing di dalam blok tersebut, serta meningkatnya ketidakpastian perdagangan.

 

Brussel, Belgia (Xinhua/Indonesia Window) – Komisi Eropa pada Senin (19/5) memangkas tajam proyeksi pertumbuhan ekonomi Uni Eropa (UE), dengan alasan dampak dari kenaikan tarif Amerika Serikat (AS) dan ketidakpastian yang terus berlanjut.

Dalam Perkiraan Ekonomi Musim Semi 2025 (Spring 2025 Economic Forecast), komisi tersebut memangkas proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil untuk blok beranggotakan 27 negara tersebut menjadi 1,1 persen pada 2025 dan 1,5 persen pada 2026, turun dari 1,5 persen dan 1,8 persen, pada Perkiraan Musim Gugur 2024 (Autumn 2024 Forecast).

“Ini merupakan penurunan yang cukup besar dibandingkan dengan Perkiraan Musim Gugur 2024, terutama disebabkan oleh dampak kenaikan tarif dan meningkatnya ketidakpastian akibat perubahan mendadak dalam kebijakan perdagangan AS baru-baru ini serta konfigurasi akhir dari tarif-tarif tersebut yang tak dapat diprediksi,” kata komisi itu.

Zona euro, yang mencakup 20 negara UE yang menggunakan mata uang tunggal, saat ini diperkirakan akan tumbuh 0,9 persen pada 2025 dan 1,4 persen pada 2026, juga di bawah estimasi sebelumnya.

Banner

Inflasi di zona euro diperkirakan akan mencapai target 2 persen Bank Sentral Eropa pada pertengahan 2025, lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, ungkap Komisi Eropa. Inflasi umum (headline inflation) diperkirakan turun dari 2,4 persen pada 2024 menjadi 1,7 persen pada 2026, dengan angka inflasi di seluruh UE mengikuti tren serupa.

Foto yang diabadikan pada 25 Februari 2025 ini menunjukkan poster promosi diskon sebuah toko di Wina, Austria. (Xinhua/He Canling)

Komisi Eropa mengaitkan disinflasi yang lebih cepat dengan efek peredaman (dampening effect) dari ketegangan perdagangan yang lebih besar ketimbang tekanan naik dari harga pangan dan permintaan jangka pendek.

Ekspor UE diproyeksikan tumbuh hanya 0,7 persen tahun ini sementara ekspor barang diprediksi akan mengalami kontraksi baru di tengah pertumbuhan global yang melambat, penurunan tajam dalam perdagangan dunia, melemahnya daya saing di dalam blok tersebut, serta meningkatnya ketidakpastian perdagangan.

Komisi itu memperingatkan bahwa risiko-risiko masih mengarah ke sisi negatif. Fragmentasi lebih lanjut dari perdagangan global dapat memangkas pertumbuhan dan memicu kembali tekanan inflasi, sementara bencana terkait iklim yang semakin sering terjadi menimbulkan ancaman yang berkelanjutan.

“Eskalasi ketegangan perdagangan antara UE dan AS dapat menekan PDB serta memicu kembali tekanan inflasi. Ketegangan perdagangan yang meningkat antara AS dan mitra-mitra dagang utama lainnya juga dapat menimbulkan efek riak terhadap ekonomi UE,” papar laporan itu.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa tekanan di lembaga-lembaga keuangan nonbank dapat merembet ke sektor perbankan, sehingga dapat menghambat aliran kredit. Inflasi AS yang terus berlanjut, yang mungkin didorong oleh guncangan pasokan akibat tarif, dapat memaksa Federal Reserve (The Fed) untuk kembali mengetatkan kebijakan, yang menyebabkan dampak negatif terhadap kondisi keuangan global dan permintaan eksternal UE.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan